Mahathir Kritik OPEC karena Banyak Bergantung pada AS

13 November 2018 14:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung OPEC. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung OPEC. (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Gejolak harga minyak mentah di pasar dunia yang sering terjadi, dianggap menjadi bukti belum efektifnya peran Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menilai, stabilisasi harga minyak mentah lebih bergantung pada produksi minyak Amerika Serikat (AS).
ADVERTISEMENT
“OPEC tidak efektif. Mereka selalu berselisih satu sama lain sehingga mereka tidak bisa membuat keputusan,” kata Mahathir dalam wawancara dengan CNBC. "Yang lebih menentukan adalah produksi minyak serpih (shale oil) dari Amerika Serikat," tambahnya.
Kritik dari Mahathir itu mencuat, menjelang pertemuan OPEC dan anggota non-OPEC yang dijadwalkan berlangsung di Wina. Dalam pertemuan itu, para peserta akan mengambil keputusan atas kebijakan-kebiajakn strategis terkait produksi dan harga minyak dunia.
OPEC mulai memangkas produksi pada Januari 2017 untuk mengerem kelebihan pasokan minyak mentah global. Akibat kelebihan pasokan, harga sempat anjlok dari semula di atas USD 100 per barel menjadi di USD 30 per barel.
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. (Foto: REUTERS/Lai Seng Sin)
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. (Foto: REUTERS/Lai Seng Sin)
Setelah itu harga minyak memang pulih, tetapi kemudian terganggu kondisi ekonomi lain. Seperti perang dagang antara AS dan China, meningkatnya suku bunga dan pelemahan mata uang di pasar negara berkembang.
ADVERTISEMENT
Hal ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak mentah di pasar dunia.
Malaysia merupakan salah satu negara penghasil minyak. Akibat jatuhnya harga minyak, Fitch memproyeksi akan mengurangi kemampuan negara itu dalam membayar utang-utangnya. Tapi Mahathir mengatakan, sumber ekonomi Malaysia lebih beragam dari sekadar minyak.
“Kami tidak bergantung pada pendapatan minyak. Anda tahu, kami adalah produsen kecil minyak, 600.000 barel per hari - tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan negara-negara seperti Saudi, yang sepenuhnya bergantung pada pendapatan minyak,” katanya.
“Kami memiliki sumber pendapatan lain. Kami memproduksi banyak minyak sawit, yang dengan harga yang cukup bagus. Kami juga memiliki 82 persen dari ekspor kami yang terdiri atas barang-barang manufaktur, jadi bagaimana Anda bisa mengatakan kami bergantung pada pendapatan minyak?” timpalnya.
ADVERTISEMENT