Mampukah Kim Johanes Lunasi Utang Merpati Rp 10,72 Triliun?

16 November 2018 8:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat Merpati Nusantara Airlines. (Foto: instagram @airline_indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Merpati Nusantara Airlines. (Foto: instagram @airline_indonesia)
ADVERTISEMENT
Utang maskapai PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) terhadap kreditur mencapai Rp 10,72 triliun pada 2017. Angka ini membengkak dari tahun ke tahun karena maskapai sudah tidak beroperasi lagi, sementara pajak terhadap aset dan bunga utang Merpati terus berjalan.
ADVERTISEMENT
Meski punya utang besar, nasib Merpati tidak diputus pailit oleh Pengadilan Niaga Surabaya. Majelis Hakim mengabulkan permohonan perdamaian Merpati kepada para kreditur.
Tapi, kewajiban Merpati tetap harus dibayarkan kepada kreditur. Beruntungnya, ada calon investor dari PT Intra Asia Corpora (IAC) bernama Kim Johanes Mulia yang mau menolong perseroan dengan menyuntikkan dana sebear Rp 6,4 triliun. Mampukah uang Kim menyelesaikan masalah Merpati?
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu mengatakan ada dua jenis utang yang mesti diperhatikan Merpati jika ingin terbang lagi, yaitu utang korporasi dan utang mandatori. Utang korporasi, kata dia, bisa dibayarakan atau diselesaikan sembari Merpati mewujudkan mimpi untuk terbang lagi.
"Kalau hanya utang korporasi itu bisa saja nanti direstrukturisasi. Tapi utang yang masalah itu utang mandatori atau utang yang diharuskan (dibayar) baru (Merpati) bisa terbang. Utang mandatori itu utang pajak, utang izin, utang kepada negara," kata Said Didu saat dihubungi media, Jumat (16/11).
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, ada dua opsi untuk menghidupkan Merpati dari sakit menahunnya yaitu dengan likuidasi atau mencari mitra strategis. Opsi mencari mitra dianggap paling tepat karena pemerintah tidak mungkin menglikuidasinya, hal ini akan berimbas pada beban utang perusahaan menjadi beban negara.
Sementara opsi pailit tidak mungkin diambil pemerintah karena tidak mungkin negara yang membangun Merpati, dia juga yang mematikannya.
''Kalau dilikuidasi, beban utangnya jadi beban pemerintah. Kalau dioperasikan kembali oleh pemerintah kelihatannya susah karena kan jadi pemodal dan saya yakin pemerintah enggak punya uang (untuk menghidupkan kembali Merpati). Sehingga kemungkinan besar yang terjadi adalah mencari mitra,'' kata dia.
Muhammad Said Didu. (Foto: Twitter/@saididu)
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Said Didu. (Foto: Twitter/@saididu)
Said Didu mengungkapkan keberanian IAC untuk menyelematkan Merpati. Siapa pun pemiliknya, kata dia, perusahaan ini mau mengambil risiko besar demi menghidupkan kembali maskapai pelat merah.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, pada dasarnya tidak sulit membangun industri penerbangan di Indonesia. Asal investor punya uang yang banyak, dia bisa langsung membangunnya dengan membeli maskapai dan para kru. Yang sulit adalah mendapatkan izin untuk bisa menjalankan usaha ini.
Karena itulah, mungkin Kim, kata Didu, sengaja menggaet Merpati karena maskapai ini, meski sudah tidak beroperasi sejak 2014, kemungkinan masih memiliki izin terbang.
''Apa sih nilai Merpati sehingga mencari mitra? (Nilainya) hanya mereknya saja Merpati, utangnya kan besar sekali. Mungkin juga izin operasinya masih ada, saya enggak tahu juga. Tapi hanya itu saja (nilai Merpati yaitu nama dan izin operasi). Jadi sekarang ada isu yang mau hidupkan lagi, saya angkat jempol dua untuk investor itu siapa pun dia. Dia betul betul mau ambil risiko tinggi,'' tutur dia.
ADVERTISEMENT