news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Manfaatkan Celah Perang Dagang, Indonesia Bakal Genjot Ekspor ke AS

13 September 2019 18:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
ADVERTISEMENT
Perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) belum kunjung reda. Keduanya semakin sengit bertikai soal pengenaan tarif impor.
ADVERTISEMENT
Akibat perang dagang ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, ada beberapa perusahaan Amerika Serikat hengkang dari China. Indonesia pun memanfaatkan peluang ini agar bisa menyuplai produk substitusi yang selama ini diekspor China ke AS.
Tapi Luhut masih belum tahu Indonesia bisa memenuhi ekspor ke AS berapa banyak. Pembahasan angkanya masih terus berlangsung seperti hari ini yang memanggil sejumlah pengusaha dari Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Chamber of United State (Kadin Amerika Serikat), hingga Dewan Pertimbangan Presiden Sofyan Wanandi.
"Karena 30 persen daripada perusahaan Amerika yang ada di China itu relokasi. Ya enggak tahu dapat 5 atau 10 persen, tergantung kitanya," kata Luhut ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (13/9).
ADVERTISEMENT
Luhut tak menampik jika dalam rapat hari ini, Kadin Amerika Serikat mengungkapkan bahwa Indonesia belum ramah bagi investor. Tapi, Luhut bersikukuh bahwa upaya pembenahan telah dilakukan Indonesia agar pasar ekspor dalam negeri siap, termasuk menyuplai barang ke AS.
Pembahasan untuk menggenjot ekspor ke AS sendiri sudah dimulai sejak kunjungan Luhut ke negeri Paman Sam bulan lalu. Sebagai tindak lanjutnya, pada 15-16 Oktober 2019 bakal ada pameran dari produk-produk Indonesia di AS.
Produk-produk yang ditampilkan seperti tekstil, sepatu, hingga furniture. Dia berharap dengan langkah ini, ekspor Indonesia ke AS bisa naik dalam 6 bulan ke depan.
Pengusaha nasional Sofyan Wanandi yang ditemui di tempat yang sama mengatakan produk tekstil dan sepatu Indonesia memiliki nilai tawar yang bagus di AS. Bahkan total ekspor garmen ke AS mencapai USD 11-13 miliar. Tapi, pemerintah ingin nilai ini terus ditingkatkan lagi sebab ekspor Vietnam ke AS lebih besar dari Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Jadi kita (ingin) gantikan peranan China sebagian. Itu besar sekali, kita mau ganti agar (AS) beli ke kita perusahaan kita. Tekstil dan sepatu itu kapasitas kita bisa double. Kita sudah kompetitif," ucapnya.
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan, untuk bisa menggenjot ekspor ke AS selama enam bulan, pihaknya bakal membentuk semacam komite bersama agar bisa mempertemukan produsen Indonesia dan pengusaha atau pasar di AS.
"Jadi kita akan mengumpulkan dana bareng, hire semacam sekretariat bersama nanti itu, istilahnya ad hoc, ini betul-betul yang ingin kita bangun adalah komunikasi per sistem secara continue," jelasnya.
Perwakilan Kadin, Shinta Kamdani, enggan menyebutkan berapa potensi ekspor yang bisa digenjot ke AS. Menurutnya, ada tiga tahap untuk bisa meningkatkan penjualan produk Indonesia ke AS.
ADVERTISEMENT
Pertama adalah menyiapkan sumber ekspornya. Asosiasi yang tergabung dalam komite ad hoc tadi bakal mengindentifikasi produk mana saja yang potensial untuk diekspor. Kedua, adalah menarik investasi dan ketiga mencari tahu apa masalah yang dihadapi eksportir di dalam negeri.
Diakui Shinta, selama ini Indonesia belum bisa memetakan secara keseluruhan potensi dan akses ekspor ke AS. Belum lagi, agen-agen yang dipakai untuk akses ekspor ke sana berasal dari negara lain seperti Singapura dan Jepang, jadi tak langsung berhubungan dengan pengusaha di AS.
"Nah ini harus kita cut agar direct dengan orang sananya yang berpengaruh untuk bisa lakukan keputusan itu. Di mana kita bisa dapat deal besar. Kalau tahap satu ini sourcing untuk ekspor impor. Ini kan harus didahului. Kita lihat substitusi apa dari China yang bisa kita ambil, enggak semuanya. Soalnya enggak gampang. Mungkin tekstil yang paling siap," katanya.
ADVERTISEMENT