news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Masa Paceklik Pedagang Kalender di Tengah Era Digitalisasi

3 Januari 2018 11:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjual kalender di bawah Tol Cililitan. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penjual kalender di bawah Tol Cililitan. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Libur Natal dan Tahun Baru 2018 telah usai, Ibu Kota DKI Jakarta kembali sibuk. Meski banyak pekerja yang malas untuk kembali ke rutinitasnya, namun hal tersebut tak berlaku bagi Subagio (49), seorang penjaja koran yang beralih profesi menjadi penjual kalender keliling ketika Tahun Baru tiba.
ADVERTISEMENT
Mulai berjualan pada pukul 09.00 WIB di bawah Tol Cililitan, Jalan Utan Kayu Raya, Jakarta Timur, Subagio berharap penjualannya hari ini bagus. Namun hingga pukul 10.45 WIB, hanya sebuah kalender yang berhasil dijualnya.
“Iya, kemarin-kemarin kurang begitu bagus. Sekarang waktu orang-orang udah pulang, saya berharapnya bisa laku lumayan,” terangnya saat ditemui kumparan (kumparan.com) di tempat ia berjualan, Rabu (3/1).
Subagio menceritakan, dirinya menjual kalender Tahun Baru 2018 mulai 23 Desember 2017 lalu. Dalam sehari, kalender yang dijajakannya itu paling banyak hanya laku 15 pcs. Adapun kalender yang dijualnya dibanderol dengan harga sekitar Rp 10.000-Rp 20.000.
Penjual kalender di bawah Tol Cililitan. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penjual kalender di bawah Tol Cililitan. (Foto: Resya Firmansyah/kumparan)
“Yang kecil Rp 10.000, yang besar Rp 20.000. Saya ambil untungnya tidak banyak kok, harganya sama seperti yang lain, bisa ditanya,” katanya.
ADVERTISEMENT
Menurut Subagio yang telah 12 tahun berjualan kalender saat momen Tahun Baru di Jakarta, tahun ini juga merupakan tahun yang tidak begitu bagus dalam berjualan kalender “jalanan”. Saat ini, orang lebih banyak melihat tanggal, bulan dan tahun lewat smartphone yang mereka miliki. Alasannya sederhana lebih praktis, efisien, dan bisa dibawa ke mana-mana.
“Sekarang handphone sudah ada kalendernya, sejak 2008-2009-an mungkin ya penjualan tidak bagus. Dulu yang jualan kaya gini banyak, sekarang cuma satu-dua. Jakarta sekarang tidak terlalu butuh kalender,” jelas Subagio.
Senada, penjual kalender keliling di bawah Tol Cililitan, Jalan Utan Kayu Raya, Jakarta Timur, Rizki, mengakui bahwa penjualan kalender di tahun ini tak begitu baik. Dalam sehari menjual 10 kalender, menurut dia sudah bagus.
ADVERTISEMENT
“Jualannya dari jam 9 pagi sampai jam 6 sore, ini dari pagi belum laku. Sekarang lihat tanggal enggak perlu lihat kalender, lihat handphone aja bisa. Biasanya yang beli kalender orang-orang tua,” keluhnya.