Melbourne, Ambisi Kota Digital Menggenggam Industri Startup Global

1 Desember 2018 8:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Melbourne. (Foto: Pixabay/Alf Scalise)
zoom-in-whitePerbesar
Melbourne. (Foto: Pixabay/Alf Scalise)
ADVERTISEMENT
The world is moving east towards Asia, so Melbourne is perfectly placed. Melbourne is a world class city―cosmopolitan and big enough to work at a globally first tier level. ― Didier Elzinga, Co-Founder & CEO Culture Amp, employee engagement tech startup
ADVERTISEMENT
Melbourne tak puas hanya menggenggam predikat “kota yang paling nyaman ditinggali di dunia” (world’s most liveable cities) selama 7 tahun berturut-turut―2011 sampai 2017. Ia juga memupuk ambisi lebih tinggi untuk menjadi pemain global dalam industri startup dunia.
Di sektor teknologi, Melbourne memang mengantongi deretan catatan positif. Ia menyandang predikat sebagai ibu kota teknologi Australia sejak 2017, dan masuk dalam jajaran Kota Teknologi 2017 di urutan ke-14 dari 22 kota versi Savills―penyedia layanan real estat global. Hingga pertengahan 2018, Melbourne tercatat memiliki 1.100-an startup.
Data Global Startup Ecosystem Report 2018: Succeeding in the New Era of Technology menunjukkan, sepanjang 2013 hingga 2016, jumlah ruang kerja bersama atau coworking space di Melbourne meningkat 960 persen, menyalip Sydney yang juga menjadi rumah bagi banyak startup di Australia.
ADVERTISEMENT
Tahun 2016, sedikitnya terdapat 170 coworking space―tempat para pekerja kreatif berbagi ide inovatif dan konsep kewirausahaan―di seluruh Melbourne. Angka tersebut terus bertambah hingga kini, dan membuat Melbourne menjadi ibu kota coworking di Australia.
Jumlah akselerator di Melbourne pun meningkat enam kali lipat. Akselerator merupakan perusahaan yang memfasilitasi serta mendanai startup untuk memacu pertumbuhan bisnis mereka.
Sejak 2014, Melbourne berhasil membuat 8 startup go public, dan 4 startup peranti lunak exit dengan nilai $100 juta (Rp 1 triliun). Sementara startup sofware konstruksi Aconex diakuisisi Oracle―perusahaan teknologi multinasional asal Amerika Serikat―senilai $1,2 miliar (sekitar Rp 12,5 triliun).
ACMI X, coworking space di Melbourne bagi para pelaku dan pengusaha digital kreatif. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
ACMI X, coworking space di Melbourne bagi para pelaku dan pengusaha digital kreatif. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
Our vision is for Melbourne to be recognised as the number one destination for startup and entrepreneurs to “start, grow, and go global”, across Australia and Asia. ― Robert Doyle saat menjabat Wali Kota Melbourne, Juni 2017
ADVERTISEMENT
Melbourne yakin dapat menjadi kunci kesuksesan bagi tumbuh kembang startup, terutama dalam merambah pasar Asia yang secara geografis dekat dengan Australia.
Optimisme itu termuat dalam Startup Action Plan 2017-2021 yang disusun Pemerintah Kota Melbourne guna mendukung, mendorong, dan membantu pengusaha kecil maupun besar untuk memiliki daya saing di pasar lokal, nasional, dan global.
Startup Action Plan 2017-2021 adalah hasil konsultasi Pemerintah Kota Melbourne dengan lebih dari 400 startup dan pemangku kepentingan terkait lainnya. Bagian awal dari dokumen rencana aksi tersebut dibuka dengan kalimat “Melbourne, lebih baik untuk startup. Startup untuk Melbourne yang lebih baik.”
Dengan kata lain, Melbourne hendak membangun simbiosis mutualisme dengan industri startup. Tak heran, karena startup menjadi salah satu komponen terbesar bagi penciptaan lapangan kerja di Australia.
ADVERTISEMENT
Pada periode 2004-2011, legiun startup di Australia menciptakan 1,2 juta lebih pekerjaan baru, dan menyumbang $ 164 miliar (sekitar Rp 1,7 kuadriliun) untuk perekonomian negara.
Melbourne. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Melbourne. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
Melbourne, better for startups. Startups for a better Melbourne. Melbourne’s startup community is vibrant, growing, hungry, ambitious, and seeking global growth. ― Pemerintah Kota Melbourne
Dalam dunia yang bergerak cepat saat ini, startup menjadi magnet investasi dan motor pertumbuhan ekonomi di negara-negara dengan tingkat perekonomian besar, termasuk Australia.
Namun, bagi Pemerintah Kota Melbourne, startup bukan sekadar menumbuhkan lapangan kerja. Ia juga berperan penting dalam memberikan gagasan dan keahliannya bagi suatu kota, agar kota itu mampu bersaing di masa depan, saat banyak pekerjaan tradisional terancam tergilas zaman karena automasi industri.
ADVERTISEMENT
Selama satu dekade terakhir, pekerjaan berbasis keahlian yang melibatkan startup sebagai elemen utama, tumbuh 25 persen (60.000 pekerjaan) di pusat Melbourne. Itu belum termasuk yang berada di tepian kota.
Melbourne bertengger di peringkat 11 dalam daftar “50 Kota Terbaik Dunia untuk Startup” versi Valuer, platform deal flow startup yang berbasis di Kopenhagen.
Sementara dalam “Indeks Kota Startup” versi situs agregator Nestpick yang berbasis di Berlin, Melbourne berada di peringkat 12 dari total 85 kota (sekadar catatan, Jakarta pada daftar ini berada di urutan ke-82).
Di Victoria, negara bagian Australia yang beribukotakan Melbourne, terdapat satu akselerator per 41 startup, dan 15 coworking space per 100 startup.
Meski begitu, Melbourne tetap tak puas. Pemerintah kota itu ingin berbagai elemen seperti perusahaan, universitas, akselerator, investor, hingga pemerintah sendiri, melecut perkembangan ekosistem startup dengan menanamkan modal secara agresif ke komunitas-komunitas startup potensial di kota itu.
CEO The Arcade, Ceri Hutton (kanan). The Arcade ialah coworking space di Melbourne untuk para game developer. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
CEO The Arcade, Ceri Hutton (kanan). The Arcade ialah coworking space di Melbourne untuk para game developer. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
Bagi Melbourne, menaikkan peringkat dalam daftar kota startup global ialah penting, karena peringkat yang baik dapat mendatangkan lebih banyak investor, calon pengusaha, dan para pekerja kreatif bertalenta.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Melbourne tak kekurangan orang-orang berbakat. Lulusan universitas kelas dunia di Melbourne bertebaran di seantero kota. Dan mereka memiliki keahlian tinggi―yang bila diberi kesempatan mengasah diri dalam iklim yang tepat, akan mendatangkan keuntungan bagi kota.
Melbourne CityLab―yang merancang prototipe dan menguji gagasan baru terkait layanan kota untuk masyarakat guna mewujudkan kota masa depan―misalnya menggelar hackathon dan membuka kompetisi Open Innovation on Accessibilty untuk mencari solusi terbaik agar fasilitas publik kota lebih mudah diakses oleh penyandang cacat.
Dengan konsep smart city, Melbourne mengedepankan pendekatan humanis dengan menggunakan data digital, agar warga kota dapat mengakses fasilitas publik secara optimal.
“Kunci Melbourne dalam merawat kota secara berkelanjutan ialah melalui falsafah smart city dan open data, serta membangun ekosistem startup,” kata Emma Foster, Innovation Officer Smart City Office Melbourne CityLab, saat berbincang dengan sejumlah media Indonesia bersama Kedutaan Besar Australia yang berkunjung ke kantornya di Melbourne Town Hall, Swanston Street, Rabu (28/11).
ADVERTISEMENT
Maka, terang bahwa konsep smart city yang diterapkan Melbourne berkelindan erat dengan industri startup digital. Itu pula yang membuat Pemerintah Kota Melbourne menyusun Startup Action Plan 2017-2021 dalam lima tahapan: menyambut startup, menemukan potensi mereka, memberikan pendanaan, membantu bertumbuh, dan―pada akhirnya―membuat mereka go international.