Mendag Akui Harga Beras Melambung Tinggi karena Stok Langka

18 Januari 2018 12:43 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mendag Enggartiasto Lukita (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mendag Enggartiasto Lukita (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kenaikan harga beras dan kebijakan pemerintah mengimpor beras menjadi sorotan DPR. Persoalan tersebut dibahas dalam rapat kerja Komisi VI DPR yang digelar hari ini, Kamis (18/1).
ADVERTISEMENT
Hadir dalam rapat tersebut Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Dirut Bulog Djarot Kusumayakti, Deputi Bidang Usaha Agro Wahyu Kuncoro dari Kementerian BUMN, dan Dirut PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Agus Andiyani.
Ketua Komisi VI DPR, Teguh Juwarno, mengatakan dari opini yang berkembang kenaikan harga beras disebabkan karena ketidakmampuan pemerintah sehingga memicu inflasi. Selain itu, dia menilai stok 875 ribu ton yang dimiliki Bulog bukan angka ideal untuk menjaga stabilitas.
“Ombudsman menyampaikan kemungkinan adanya gejala administrasi impor 500.000 ton, yakni data penyampaian stok yang tidak akurat. Kementan sampaikan stok cukup dan Kemendag menyampaikan stok langka,” kata Teguh.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan kenaikan harga beras saat ini disebabkan terjadinya kelangkaan stok beras medium di pasaran. Enggar menjelaskan bahwa Bulog saat ini telah siap menyerap seluruh gabah yang ada.
ADVERTISEMENT
“Jawa Timur yang lumbung beras bahkan mayoritas harganya juga tinggi, stok sampai gudang-gudang swasta juga turun tajam. Penggilingan padi juga kekurangan stok,” kata Enggar dalam rapat tersebut.
Terkait impor beras, Enggar mengklaim kebijakan itu tidak akan mengganggu penyerapan beras dalam negeri. Karena, impor beras setinggi-tingginya 500 ribu ton, dan beras paling lambat datang pertengahan februari.
Sementara itu, Dirut Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan Bulog telah menyerap gabah yang dihasilkan petani lokal. Untuk menghadapi masalah tingginya harga beras, Bulog sudah melakukan operasi pasar.
“Operasi pasar November berkisar 20 ribu ton, namun tidak mampu meredam. Lalu kemendag mengeluarkan perintah penambahan operasi pasar dan mengeluarkan 40 ribu ton,” katanya.