Mendag Galang Dukungan Pengusaha AS Agar RI Tetap Dapat Fasilitas GSP

29 Juli 2018 11:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bongkar muat peti kemas (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Bongkar muat peti kemas (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
ADVERTISEMENT
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita melakukan pertemuan dengan United States Trade Representative, Duta Besar Robert E. Lighthizer di kantornya di Washington DC, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Enggar menjelaskan kepada Dubes Lighthizer soal isu-isu hambatan perdagangan Indonesia ke Amerika Serikat. Antara lain proses peninjauan ulang skema generalized system of preferences (GSP) dan pengecualian bagi Indonesia atas pengenaan kenaikan tarif impor produk besi baja dan aluminium AS.
“Permintaan mempertahankan GSP untuk Indonesia tak hanya untuk kepentingan industri di Indonesia, tapi juga untuk kepentingan industri di AS karena terkait proses produksi domestik mereka, jadi sebetulnya ini kerja sama win-win,” kata Enggar dalam keterangan tertulis, Minggu (29/7).
Dalam kunjungan kerja ke AS tersebut, Mendag Enggar juga menggalang dukungan berbagai kalangan bagi keterbukaan akses pasar Indonesia. Mendag antara lain menemui asosiasi importir AS, asosiasi tekstil AS, hingga anggota kongres AS.
Adapun produk Indonesia yang selama ini menggunakan skema GSP AS antara lain karet, ban mobil, perlengkapan perkabelan kendaraan, emas, asam lemak, perhiasan logam, aluminium, sarung tangan, alat musik, pengeras suara, keyboard, dan baterai.
ADVERTISEMENT
Di tahun 2017, produk Indonesia yang menggunakan skema GSP bernilai USD 1,9 miliar. Angka ini masih jauh di bawah negara-negara penerima GSP lainnya seperti India sebesar USD 5,6 miliar; Thailand USD 4,2 miliar; dan Brasil USD 2,5 miliar.
“Proses peninjauan ulang saat ini tengah berlangsung, oleh karena itu kunjungan kali ini sangat tepat waktunya dan strategis dalam menegaskan kembali arti penting perdagangan kedua negara,” kata Enggar.
Menurut Enggar, dalam pertemuan tersebut juga dibicarakan soal upaya peningkatan perdagangan. Pertemuan tersebut menjadi agenda puncak dalam kunjungan kerja Mendag Enggar ke Amerika Serikat (AS) pada 23–27 Juli 2018.
“Dubes Lighthizer menghargai dan menyambut baik pendekatan Pemerintah Indonesia bekerja sama meningkatkan hubungan bilateral kedua negara sebagai mitra strategis," katanya.
Mendag Enggartiasto Lukita di Kantor Darmin (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mendag Enggartiasto Lukita di Kantor Darmin (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
Enggar berharap kerja sama Indonesia-AS dapat meningkatkan nilai perdagangan kedua negara yang menurut kami masih sangat rendah dibanding potensi yang ada.
ADVERTISEMENT
Indonesia, kata Enggar, akan meningkatkan ekspor produk yang potensial di pasar AS. Di sisi lain, Indonesia siap membeli bahan baku dan barang modal produksi AS yang tidak diproduksi di Indonesia untuk mendukung industri Tanah Air.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, total perdagangan Indonesia dan AS tahun 2017 sebesar USD 25,91 miliar. Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia mencapai USD 17,79 miliar dan impor Indonesia sebesar USD 8,12 miliar.
Dengan demikian, Indonesia surplus terhadap AS sebesar USD 9,67 miliar. Ekspor utama Indonesia ke AS antara lain udang, karet alam, alas kaki, ban kendaraan, dan garmen.
Sementara impor utama Indonesia dari AS antara lain kedelai, kapas, tepung gandum, tepung maizena, serta pakan ternak. Total perdagangan Indonesia-AS tahun 2017 meningkat 10 persen dibandingkan tahun 2016 yang tercatat sebesar USD 23,44 miliar.
ADVERTISEMENT
Adapun tren perdagangan pada periode tahun 2013-2017 tumbuh positif sebesar 0,39 persen. Sementara itu, nilai perdagangan kedua negara untuk periode Januari-Mei 2018 mencapai USD 11,85, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 10,65 miliar.