Mendag: Sawit Jadi Prioritas Perjanjian Perdagangan Internasional

1 November 2018 14:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buruh memanen kelapa sawit di Desa Sukasirna, Cibadak, Kabupaten Sukabumi. (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
zoom-in-whitePerbesar
Buruh memanen kelapa sawit di Desa Sukasirna, Cibadak, Kabupaten Sukabumi. (Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)
ADVERTISEMENT
Industri sawit dan produk turunannya masih menjadi salah satu industri andalan yang punya peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain produknya dibutuhkan hampir seluruh masyarakat dunia, komoditas ini mampu menjadi penghasil devisa terbesar bagi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan pemerintah selalu menaruh perhatian lebih pada komoditas kelapa sawit, termasuk dalam perjanjian perdagangan dengan negara lain.
“Setiap perjanjian perdagangan kami beri prioritas palm oil. Meskipun saya harus mempercepat perjanjian perdagangan tapi kalau menyangkut palm oil harus keras,” kata Enggar pada 14th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2018 di Bali International Convention Center, Kamis (1/11).
Menurut Enggar, berdasarkan laporan Center on Food Security and the Environtment Stranford University 2016, pada periode 2001-2010 industri sawit Indonesia telah menjadi sumber mata pencaharian utama bagi 21 juta penduduk Indonesia.
Industri ini juga mendorong pertumbuhan ekonomi bagi 5,3 juta pekerja yang bergerak di bidang produksi sawit dan mampu mengeluarkan 10 juta masyarakat Indonesia dari ancaman kemiskinan.
ADVERTISEMENT
“Bahkan industi ini berhasil mengangkat perekonomian 1,3 juta masyarakat miskin yang berada di area perdesaan di Indonesia,” tambahnya.
Di sisi lain, isu lingkungan hingga black campaign juga terus membayangi industri ini. Lahan kelapa sawit disebut-sebut mengancam keberadaan luas hutan. Namun Enggar menampik perkebunan sawit penyebab terbesar deforestasi dunia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution (kanan) pada Palm Oil Conference (IPOC) 2018 di Nusa Dua, Bali. (Foto:  Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution (kanan) pada Palm Oil Conference (IPOC) 2018 di Nusa Dua, Bali. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
Menurut dia, berdasarkan data The Impact of EU Consumption on Deforestation 2013, kontributor deforestasi dunia yang terbesar berasal dari sektor pertanian, kacang kedelai sebesar 19 persen dan jagung 11 persen. Sedangkan perkebunan sawit hanya berkontribusi 8 persen dari deforestasi secara keseluruhan.
Tak hanya isu lingkungan, industri sawit juga sering kali bersinggungan dengan isu kesehatan. Beberapa pihak menyebutkan mengonsumsi minyak sawit berdampak negatif bagi kesehatan. Padahal kata Enggar, itu tidak terbukti. Dia bahkan berseloroh bahwa dirinya tetap sehat karena mengonsumsi gorengan.
ADVERTISEMENT
“Saya ini sekarang sehat begini karena makan gorengan. Kalau orang Eropa itu mereka enggak sehat karena diet, enggak makan gorengan,” ujarnya diiringi tepuk tangan para hadirin.
Meski demikian, Enggar mendorong agar para pengusaha sawit juga melakukan kajian serupa sebagai sebuah fakta ilmiah untuk melawan berbagai isu negatif.
“Jika isu negatif tersebut tidak sesegera mungkin dihalau, dikhawatirkan akan semakin massif, menyebar, meluas, dan semakin sulit untuk di-counter dan justru berimplikasi pada terjadinya sunset industry di sektor sawit," tandasnya.