Menengok PLTU Milik Antam di Pomalaa dengan Kapasitas 60 MW

9 Mei 2018 8:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PLTU milik Antam di Pomalaa (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
PLTU milik Antam di Pomalaa (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Unit Bisnis Pengolahan Nikel (UBPN) milik PT Antam Tbk di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, memiliki pembangkit listrik sendiri dari tenaga uap batu bara (PLTU). Pembangkit yang beroperasi (commisioning date) pada 2016 ini memasok listrik ke pabrik mereka seluas 6 hektare.
ADVERTISEMENT
SVP Deputy General Manager UBPN Sultra, Nilus Rahmat, sebelum ada PLTU yang berkapasitas 2X30 Mega Watt (MW) ini, pabrik hanya mengandalkan pasokan listrik dari pembangkit tenaga diesel (PLTD). Adapun kapasitas listrik dari dua pembangkit tersebut mencapai 160 MW.
“Total listrik yang dihasilkan di pabrik ini 160 MW. Dari PLTD 100 MW dan PLTU 60 MW,” kata Nilus saat ditemui di PLTU Pomalaa, Selasa (8/5) sore.
PLTU milik Antam di Pomalaa (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
PLTU milik Antam di Pomalaa (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
Dari total listrik yang dihasilkan, Nilus mengatakan ada kelebihan pasokan (excess power) sebesar 5 MW yang kemudian dijual ke masyarakat Kabupaten Kolaka, atau 30% dari kebutuhan listrik masyarakat di sana yang sebesar 16 MW.
Nilus menambahkan, PLTU didirikan untuk mengantisipasi kebutuhan BBM jenis Diesel yang selama ini digunakan jika nanti harga minyak dunia mengalami kenaikan tajam. Dengan adanya PLTU yang dihasilkan, harga listrik di sini pun jadi lebih murah.
ADVERTISEMENT
“Sekarang harga listrik di sini Rp 1.200 per kwh. Sebelumnya waktu hanya menggunakan PLTD, harganya Rp 1.500- Rp 1.800 per kwh tergantung harga minyak. Jadi lebih hemat Rp 500 per kwh,” ujarnya.
Pasokan batubara untuk PLTU Antam di Pomalaa (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pasokan batubara untuk PLTU Antam di Pomalaa (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
Sementara itu, kebutuhan batu bara di PLTU ini sebesar 30 ribu ton per bulan. Batu bara dibeli dari perusahaan lain yang ada di Kalimantan seperti PT Arutmin Indonesia, PT Kalimantan Prima Coal, dan PT Indonesia Coal Resources.
“Kami beli dari sana dengan kadar kalorinya 4.000 kcal/kg. Kadar rendah ya. Langsung dibawa dari sana pakai kapal tongkang,” ujarnya.