Menghitung Kerugian KCI Akibat Pembaruan Sistem E-Ticketing

10 Agustus 2018 11:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
KCI merambah bisnis uang elektronik. (Foto: kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
KCI merambah bisnis uang elektronik. (Foto: kumparan)
ADVERTISEMENT
Pada Senin (23/7) lalu, PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) memberlakukan tiket tarif tetap atau flat pada semua tujuan pemberangkatan KRL. Tarif yang dipatok dalam tiket kertas itu sebesar RP 3.000. Ini merupakan tarif terdekat yang diberlakukan sama ke semua tujuan.
ADVERTISEMENT
Langkah ini diambil sebagai pengganti dari mesin gate yang mati lantaran ada pembaharuan sistem e-ticketing. Jumlah penumpang KCI perharinya mencapai 1 juta orang.
Lalu berapa kerugian yang mesti ditanggung manajemen saat pemberlakukan tarif flat Rp 3.000 ini?
Corporate Communication Manager PT KCI Adli Hakim Nasution mengaku pihaknya tidak menghitung aturan harga tiket flat itu sebagai kerugian. Dia bilang, itu merupakan servis yang diberikan perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab karena mesin-mesin di gate kereta sedang diperbaharui.
“Kalau kita tidak menganggap itu kerugian. Itu bukan prosesdur yang baru kita munculkan kemarin tapi sudah ada di SOP sejak 2013. Pelanggan kita yang cukup banyak ngerti, itu namanya service recovery ya. Orang itu sudah beli KMT yang tanpa antre, pasti ada kekecewaan, ya bentuk tarif flat itu bukan kerugian lah tapi komitemen kita untuk kasih service free ke pelanggan,” jelasnya kepada kumparan, Senin (6/8).
Sejumlah calon penumpang antre membeli tiket kertas di Stasiun Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (23/7). (Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah calon penumpang antre membeli tiket kertas di Stasiun Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (23/7). (Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
ADVERTISEMENT
Adli mengatakan, tarif terdekat sebesar Rp 3.000 diberlakukan agar penumpang tidak mengantre terlalu lama saat membeli tiket kertas. Dia bilang, jika tarif tiket kertas yang diberlakukan sesuai perjalanan si penumpang, waktu antre pembelian tiket akan lebih lama lagi.
Pun pada tiket single trip atau pulang pergi juga tidak diberlakukan pada Senin lalu. Dia bilang, itu juga akan membuat panjang antrean sebab petugas harus bertanya dulu tujuannya ke mana, lalu memilih tombol tujuan di layar komputer mereka. Sementara dengan tiket kertas Rp 3.000, petugas bisa jemput bola untuk menghampiri penumpang yang bawa uang pas.
“Kalau begitu, mesti cek dulu, untuk tujuan Bogor-Depok dicari dulu kertas tiketnya yang mana. Tujuan Bogor-Sudirman dicari juga. Jadinya tambah lama. Sebenarnya kalau tiket harian berjaminan yang single trip, itu kan normal tapi kemarin kita tidak berlakukan karena antreannya bisa lebih panjang lagi karena dia akan lama di loket mau tujuan lama terus baru dikasih. Kalau Rp 3000 kemarin kan enak, petugasnya bisa jemput bola yang punya uang pas. Flat-ya itu karena untuk mempercepat transaksi dengan kertas. Itu yang paling mudah,” kata Adli.
Antrean panjang tiket kertas di Stasiun Bojonggede (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Antrean panjang tiket kertas di Stasiun Bojonggede (Foto: Dok. Istimewa)
Karena bukan sebagai bentuk kerugian, kata Adli, perusahaan tidak menghitungnya. Dia juga enggan membeberkan berapa pendapatan yang diterima perusahaan sehari-hari tanpa tarif flat. Jika dengan tarif flat Rp 3.000 dengan jumlah penumpang per harinya mencapai Rp 1 juta orang, pada Senin lalu, uang yang masuk ke KCI sebesar Rp 3 miliar.
ADVERTISEMENT
“Memang tidak pernah dibahas kerugian itu karena itu konsekuensi yang kita mesti tanggung dengan jual tiket kertas demi menimalisir antrean yang panjang. Paling kurang segitulah pendapatan per harinya (di atas Rp 3 miliar),” ujarnya.
Berdasarkan Laporan Tahunan 2017, KCI meraup pendapatan Rp 2,5 triliun dari jumlah penumpang 315 juta dalam setahun. Pendapatan ini berasal dari pengguna Kartu Multi Trip (KMT) 41,5 persen dan Tiket Harian Berjamin (THB) 40,3 persen. Sementara sisanya menggunakan kartu bank sebanyak 18,2 persen. Tahun ini, KCI menargetkan jumlah penumpang naik hingga 320 juta.