Mengintip Kesiapan Listrik di Calon Ibu Kota Baru Pilihan Jokowi

30 Juli 2019 18:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara kawasan Bukit Nyuling, Tumbang Talaken Manuhing, Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara kawasan Bukit Nyuling, Tumbang Talaken Manuhing, Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyetujui lokasi yang akan menjadi ibu kota baru negara Indonesia. Dua kandidat kuat pengganti DKI Jakarta adalah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Provinsi yang terpilih bakal diumumkan pada Agustus 2019.
ADVERTISEMENT
Kalimantan dinilai memiliki sarana dan prasana serta infrastruktur yang dibutuhkan untuk ibu kota baru. Selain karena lahan yang luas dan relatif aman bencana, Kalimantan menjadi pilihan agar ibu kota berada di tengah, Indonesia-sentris, dan seimbang terhadap seluruh wilayah Indonesia.
Pada 8 Mei 2019, Jokowi telah melakukan kunjungan kerja ke Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Di dua provinsi tersebut, Jokowi mengunjungi lokasi calon ibu kota baru Indonesia, pengganti Jakarta.
Di Kalimantan Timur, Jokowi meninjau Bukit Soeharto yang berlokasi di antara Balikpapan dan Samarinda. Jokowi juga menyambangi kawasan 'segitiga' di Kalimantan Tengah, yakni Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten Gunung Mas.
Bagaimana kesiapan listrik di calon ibu kota baru ini?
ADVERTISEMENT
Kelistrikan di Kalimantan terdiri dari 2 sistem jaringan, yaitu Sistem Khatulistiwa dan Sistem Kalimantan (interkoneksi antara sub sistem Barito di Kalimantan Selatan dan Tengah, dan sub sistem Mahakam di Kalimantan Timur).
Secara total, Kalimantan memiliki cadangan daya sebesar 331 Megawatt (MW). Daya mampu mencapai 1.778 MW dengan beban puncak 1.446 MW. Surplus tersebut masih akan terus bertambah, di tahun ini saja bakal ada tambahan 400 MW.
Maka menurut PLN, tak perlu khawatir kekurangan listrik jika ibu kota dipindah ke Kalimantan. BUMN kelistrikan ini diuntungkan juga kalau ibu kota pindah. Sebab, surplus listrik di Kalimantan jadi terserap.
"Kondisi hari ini (kelistrikan Kalimantan) surplus 30 persen. Tahun ini masuk 2 IPP (Independent Power Producer/produsen listrik swasta) yaitu TPI (Tanjung Power Indonesia) dan SKS. Masing-masing (kapasitas pembangkit IPP) 2 x 100 MW. Jadi enggak usah khawatir kekurangan listrik di Kalimantan," kata Direktur Bisnis Regional Kalimantan PLN, Machnizon Masri, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Dengan tambahan 400 MW pada tahun ini, cadangan daya listrik yang tak terpakai bakal mencapai lebih dari 700 MW. Lalu pada 2020, ada tambahan lagi sebanyak 400 MW dari 2 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Cadangan daya bakal jauh di atas 30 persen.
Bahkan berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru, total tambahan pembangkit listrik di Kalimantan mencapai 4.324,8 MW hingga 2028.
"Tahun depan (2020) masuk lagi 200 MW dari IPP Bontang Lestari. Dua tahun ke depan ada tambahan 800 MW. Kalau sampe 2028, kita bangun 4.000 MW lagi," papar Machnizon.
Rasio Elektrifikasi PLN di Kalimantan per Desember 2018 mencapai 90 persen. Artinya, hanya 10 persen wilayah di Kalimantan yang belum terjangkau oleh jaringan listrik PLN.
ADVERTISEMENT