Menguji Data Beras: Kata Jokowi Surplus, Prabowo Tanya Kenapa Impor?

18 Februari 2019 6:33 WIB
Capres no urut 01 Joko Widodo dan Capres no urut 02 Prabowo Subianto berjabat tangan  usai Debat Kedua Capres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu, (17/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Capres no urut 01 Joko Widodo dan Capres no urut 02 Prabowo Subianto berjabat tangan usai Debat Kedua Capres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu, (17/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Debat Capres 2019 yang di antaranya membahas tentang pangan, diwarnai pertanyaan kebijakan impor. Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, mempertanyakan janji Jokowi yang tak akan impor pangan, namun kenyataannya tetap impor.
ADVERTISEMENT
"Yang kami dengar ini sangat memukul petani kita. Tebu panen, tapi gula dari luar masuk dalam jumlah sangat besar. Padahal katanya komoditas naik," kata Prabowo dalam segmen tanya jawab acara debat di Hotel Sultan, Minggu (17/2).
Menanggapi pertanyaan itu, Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi, mengungkapkan bahwa dalam empat tahun terakhir masa pemerintahannya, volume impor pangan terus turun.
“Pada 2018, produksi beras Indonesia mencapai 32 juta ton dan konsumsi 29 juta ton sehingga ada surplus beras sebesar 3 juta ton. Pada 2014, impor jagung 3,5 juta ton. Sementara pada 2018 hanya sebesar 180.000 ton,” katanya menjawab Prabowo.
Prabowo pun menimpali, “Jika memang produksi pangan berlebih mengapa harus impor beras?” Lebih jauh dia berpendapat, "Apa tidak lebih baik devisa dihemat, buka lahan baru, bantu petani mendapatkan benih, mendapatkan pupuk.”
Sejumlah pekerja menurunkan beras impor asal Vietnam dari kapal di Pelabuhan Indah Kiat, di Merak, Cilegon, Banten. Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Benarkah data-data produksi serta impor beras dan jagung yang diungkapkan Jokowi? Untuk mengujinya, kumparan membandingkan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS).
ADVERTISEMENT
Mengutip data BPS yang dirilis pada 23 Oktober 2018 mengungkapkan, produksi beras sepanjang 2018 mencapai 32,4 juta ton. Sedangkan konsumsi dalam negeri 29,6 juta ton. Sehingga terdapat surplus produksi beras sebesar 2,8 juta ton.
Sementara itu catatan BPS juga mengungkap, pada periode yang sama pemerintah mengimpor beras sebanyak 2.253.750 ton. Impor itu melonjak dari tahun 2017 yang hanya sebesar 311.520 ton.
Sementara itu terkait jagung, BPS mencatat impor pada 2014 sebesar 3,2 juta ton.
Sedangkan pada 2018 lalu, nilai impornya melorot jadi 737.228 ton. Tapi angka itu jauh di atas yang disebut Jokowi, sebesar 180.000 ton.