Menguji Pernyataan Prabowo Soal Akuisisi Freeport Agak Etok - etok

31 Maret 2019 10:25 WIB
Capres no urut 01, Joko Widodo dan Capres no urut 02, Prabowo Subianto berjabat tangan saat usai Debat Ke IV Pilpres 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Sabtu, (30/3). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Capres no urut 01, Joko Widodo dan Capres no urut 02, Prabowo Subianto berjabat tangan saat usai Debat Ke IV Pilpres 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Sabtu, (30/3). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam Debat Capres ke-4 pada Sabtu (30/3) malam tadi, Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto menyinggung soal keberhasilan pemerintah Indonesia yang berhasil memiliki 51 persen saham PT Freeport Indonesia (PTFI).
ADVERTISEMENT
Menurut Prabowo, Indonesia tidak mendapatkan banyak keuntungan dari proses akuisisi ini. Ia menyebut akuisisi 51 persen saham Freeport hanya 'etok-etok' karena sebagian besar keuntungan PTFI masih dikantongi oleh Freeport McMoRan Inc (FCX) meski mayoritas sahamnya sudah dimiliki Indonesia melalui PT Inalum (Persero).
"Soal Freeport, ya memang sudah sesuai kontrak itu harus jatuh ke kita. Tapi Bapak sadar enggak, bahwa Freeport itu sendiri melaporkan di New York Stock Exchange bahwa benefitnya adalah 81 persen ke mereka. Jadi 51 persen saham itu mungkin ya agak etok-etok (pura-pura). Itu laporan mereka sendiri," ungkap Prabowo di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (30/3).
Berdasarkan penelusuran kumparan ke website resmi Freeport McMoRan Inc, FCX mengklaim keuntungan yang jauh lebih besar dari yang diperoleh Indonesia. Dalam rilis yang diumumkan pada 21 Desember 2018, disebutkan bahwa FCX menikmati keuntungan sebesar 81,28 persen hingga 2022.
ADVERTISEMENT
Pernyataan resmi dari FCX itu diumumkan tepat kala PT Inalum (Persero) membayar lunas pembelian 51 persen saham PTFI senilai USD 3,85 miliar. Dana sebesar USD 3,85 miliar atau setara dengan Rp 55,8 triliun itu disetor Inalum ke FCX dan Rio Tinto.
“Perjanjian ini mengatur FCX dan pemegang saham PT-FI kala pra-transaksi untuk mempertahankan aturan soal pendapatan dan pembagian biaya di bawah Joint Venture. Akibatnya, kepentingan ekonomi FCX di PT-FI diperkirakan akan mendekati 81,28 persen hingga 2022. FCX akan terus mengelola operasi PTFI,” tulis rilis tersebut.
Jadi, benarkah akuisisi saham PTFI tidak menguntungkan Indonesia seperti kata Prabowo?
Head of Corporate Communications and Government Relations Inalum, Rendi Witular, menjelaskan memang benar bahwa FCX mendapat 81,28 persen dividen PTFI hingga 2022. Tapi, Indonesia mendapatkan 40 persen dari produksi Tambang Grasberg pada 2019-2022.
ADVERTISEMENT
Pembagian yang rumit ini terjadi karena PTFI telah mengikat participating agreement dengan Rio Tinto. Inalum lalu membeli Participating Interest (PI) atau Hak Partisipasi milik Rio Tinto yang kemudian dikonversi menjadi saham. Hak dan kewajiban Rio Tinto kini melekat pada Inalum.
Suasana tambang emas Freeport Foto: REUTERS/Muhammad Adimaja/Antara Foto
Berdasarkan participating agreement, Rio Tinto memperoleh bagian sebesar 40 persen dari produksi Tambang Grasberg jika produksi mencapai batas tertentu. Kini hak itu menjadi milik Inalum. Diproyeksikan, pada 2019-2022 batas itu terlampaui sehingga 40 persen dari produksi menjadi milik Inalum.
Benar bahwa Indonesia sampai 2022 hanya memperoleh dividen sebesar 18,72 persen. Tapi Indonesia tetap untung karena mendapat tambahan kompensasi berupa 40 persen produksi Tambang Grasberg.
Meski PTFI tak membagikan dividen pada 2019-2020 karena ada pergeseran eksplorasi dari tambang terbuka (open pit) ke tambang tertutup bawah tanah (underground), Indonesia tetap mendapat 40 persen dari produksi tambang.
ADVERTISEMENT
"Kita enggak dapat dividen, tapi dapat kompensasi Hak Partisipasi. Jadi justru kita untung. Di Hak Partisipasi Rio Tinto, ada hak 40 persen ketika produksi melampaui batas tertentu," kata Rendi kepada kumparan, Minggu (31/3).
Bagian produksi sebesar 40 persen untuk periode 2019-2022 itu akan disetor FCX kepada Inalum pada 2022. Keuntungan bagi Indonesia akan makin melejit pasca 2022. Sebagai pemegang saham mayoritas, 51 persen dividen PTFI akan dikantongi Inalum. "Setelah 2022 kembali ke skema normal," ucapnya.
Dalam debat capres ke-4, Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) juga membantah penilaian Prabowo bahwa akuisisi saham Freeport tak menguntungkan Indonesia. Jokowi mengungkapkan, selama puluhan tahun Indonesia hanya mendapat 9,36 persen dividen dari PTFI. Setelah akuisisi, mulai 2022 Indonesia akan menikmati 51 persen dividen PTFI.
ADVERTISEMENT
Selain keuntungan ekonomis, kata Jokowi, keuntungan lain yang diperoleh Indonesia adalah transfer pengetahuan. Indonesia bisa belajar mengelola sendiri tambang emas terbesar dunia di Papua.
"Freeport bertahun-tahun dapat 9 persen enggak ada. Malah kita ambil 51 persen itu kita bisa ikut mengelola tambang yang ada," ujar Jokowi.