Menguji Ramalan Jokowi yang Sebut Jangan Kaget Dolar Turun Terus

7 Januari 2019 11:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Acara Peresmian Pengeluaran dan Pengedaran Uang Rupiah Tahun Emisi 2016 dihadiri oleh Presiden Jokowi. (Foto: Aditia Noviansyah)
zoom-in-whitePerbesar
Acara Peresmian Pengeluaran dan Pengedaran Uang Rupiah Tahun Emisi 2016 dihadiri oleh Presiden Jokowi. (Foto: Aditia Noviansyah)
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi pada 3 Desember 2018 memprediksi mata uang dolar Amerika Serikat (AS) akan terus melemah terhadap rupiah. Pada saat itu, nilai tukar rupiah menguat dan ditutup pada posisi Rp 14.240. Penguatan rupiah terjadi karena membaiknya fundamental perekonomian Indonesia, yakni inflasi yang terjaga di 3,2 persen dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III sebesar 5,17 persen.
ADVERTISEMENT
Membaiknya fundamental ekonomi menjadi sentimen positif bagi investor luar negeri untuk membawa kembali uangnya ke pasar modal Indonesia, sehingga memicu penguatan rupiah.
"Saya dengar arus modal infonya sudah kembali lagi masuk, masuk, masuk. Jangan kaget nanti kalau dolar AS turun terus, enggak tahu sampai berapa. Tapi kita juga ingin turunnya tidak drastis karena kita masih membutuhkan untuk persaingan dalam ekspor produk Indonesia,” ungkap Jokowi saat menghadiri CEO Network di The Ritz-Carlton, kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (3/12).
Saat itu, rupiah terus menguat setelah melemah cukup dalam hingga mencapai posisi terendah di angka Rp 15.231 pada 31 Oktober 2018. Memasuki November hingga awal Desember 2018, rupiah menguat dan memukul keperkasaan dolar AS.
Rupiah menguat Rp. 14.080. (Foto: reuters.com)
zoom-in-whitePerbesar
Rupiah menguat Rp. 14.080. (Foto: reuters.com)
Namun, keperkasaan rupiah memudar setelah pernyataan Jokowi pada 3 Desember. Rupiah kembali melemah hingga berada pada posisi Rp 14.550-14.600 selama Desember. Memasuki awal 2019, rupiah kembali memasuki babak baru. Prediksi Jokowi mendekati kenyataan. Rupiah terus menguat sejak 3 Januari. Penguatan tertinggi dimulai sejak 4 Januari, yakni rupiah ditutup di Rp 14.185. Hari ini, Senin (7/1), rupiah kembali menguat hingga berada di posisi tertingginya di Rp 14.070 pada pukul 10.38 WIB.
ADVERTISEMENT
Penguatan Rupiah karena Kepercayaan Investor Terhadap Ekonomi RI Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, penguatan rupiah terjadi karena kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia.
"Itu menunjukkan confident investor, baik dalam maupun luar negeri terhadap ekonomi Indonesia dan juga investasi di aset keuangan Indonesia sangat kuat dan sangat baik, terbukti dari sisi oversubscribe lelang SBN," ujar Perry di komplek BI, Jakarta, Jumat (4/1).
Hal ini memang terlihat pada hasil lelang Surat Berharga Negara (SBN) yang dimenangkan sebesar Rp 28,25 triliun, dari total penawaran yang masuk Rp 55,27 triliun dan target indikatif yang hanya Rp 15 triliun pada Kamis (3/1).
Tak hanya itu, dampak dari lelang SBN yang di atas target indikatif tersebut juga menambah suplai valuta asing (valas) di pasar keuangan, sehingga membuat rupiah semakin perkasa.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
Perry menuturkan, penguatan rupiah terjadi lantaran mulai bekerjanya mekanisme pasar. Bank sentral pun tetap melakukan intervensi, baik di pasar spot, swap, maupun transaksi domestic non derivable forward (DNDF).
ADVERTISEMENT
Transaksi DNDF merupakan transaksi derivatif valas atau lindung nilai (hedging) terhadap rupiah yang dilakukan di pasar domestik. Selama ini, investor asing banyak melakukan lindung nilai di pasar NDF luar negeri dan dapat berpengaruh negatif untuk kurs rupiah di pasar dalam negeri.
"Kurs DNDF juga bergerak stabil menguat, bahkan DNDF lebih rendah dari offshore NDF. Ini menunjukkan semakin bekerjanya pasar DNDF," jelasnya.
Selain faktor domestik, pengaruh sentimen global seperti meredanya ketegangan perdagangan antara AS dan China juga turut memperkuat mata uang Garuda.
"Kami pantau terus, nanti minggu depan bagaimana solusi ketegangan perdagangan, langkah lanjutan juga akan meredakan premi risiko di pasar keuangan global," ujarnya.