Menhub Restui 9 Rute Penerbangan Internasional Baru ke Bali

26 Juli 2019 13:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menhub Budi Karya Sumadi di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Jumat (26/7). Foto: Denita Br Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menhub Budi Karya Sumadi di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Jumat (26/7). Foto: Denita Br Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengadakan rapat dengan PT Angkasa Pura (AP) I di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, Jumat (26/7). Rapat tersebut merupakan tindaklanjut permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meningkatkan jumlah kunjungan turis asing ke Pulau Dewata.
ADVERTISEMENT
Adapun sejumlah pejabat yang hadir dalam rapat itu adalah General Manager AP I Bandara Ngurah Rai Herry A Sikado, Kepala Otoritas Bandara Wilayah IV Elvi Amir, Manager Airnav Indonesia Cabang Denpasar Rosedi dan lain sebagainya.
“Saya rapat, presiden ingin turis itu harus diperhatikan untuk ditingkatkan jumlahnya. Oleh karenanya saya melihat bahwa komponen atau faktor dari kapasitas bandara itu sangat penting. Saya teliti apa saja yang harus diimprove. Oleh karenanya saya minta satu indikasi memberikan suatu prioritas penerbangan ke luar negeri khususnya turis dari berbagai negara,“ kata Budi.
Ia mengatakan, tahun 2020 mendatang, setidaknya ada 9 penerbangan internasional baru akan masuk ke Bali. Dengan 9 penerbangan ini, setidaknya akan meningkatkan jumlah kunjungan turis asing ke Bali. Dari 7 juta orang per tahun bisa menjadi 9 juta orang.
ADVERTISEMENT
“Dari apa yang kami catat itu ada 9 penerbangan yang ingin masuk ke Bali ini, di antaranya dari Jepang, Taiwan, Kamboja, Bangladesh, Abu Dhabi, Malaysia, Singapura, Australia. Kalau ada 9 penerbangan dan antara rata-rata 200 sampai 300 maka paling tidak ada tambah 2000 orang tambahan setiap hari. Kalau 2.000 orang itu kurang lebih ada penambahan 30 persen kenaikan, “ kata dia.
Dengan masuknya 9 penerbangan ini, AP I diminta untuk memberikan prioritas lalu lintas penerbangan asing ke Bali. Mulai dari jalur terbang dan mendarat dibuat secara kluster, sementara waktu terbang dan mendarat penerbangan domestik akan dilakukan pembatasan.
Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Foto: Dok. Angkasa Pura I
“Di antaranya, kalau golden timenya mereka itu kan jam 2, 3, 6, 7 . Oleh karena itu diberikan prioritas dari penerbangan turis-turis, Yang lain itu di kluster dari beberapa kota. Enggak semua kota kecil masuk ke sini kecuali kota itu cuma dijangkau oleh pesawat ATR,” ujar dia.
ADVERTISEMENT
Sistem ini akan dibagi menjadi beberapa bagian yakni kluster Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Menhub tengah mengkaji jalur penerbangan dengan sistem ini.
“Tidak semua kota-kota itu bisa langsung ke Bali. Ada kluster Jawa, ada kluster Kalimantan, ada kluster Sulawesi. Jadi okupansinya maksimal. Jadi, setiap pesawat yang mendarat di sini, okupansinya bisa 70 -80 persen, jangan cuma yang rombongan 50 persen mendarat di sini. Enggak produktif. Identifikasi apa yang paling baik,” ujar dia.
"Sedangkan, batas waktu ground time, mendarat atau terbang hingga 2 sampai 3 jam. Yang lain kita juga menetapkan waktu ground time, mendarat dan terbang itu tidak lebih dari 3 jam, atau 2 hingga 3 jam. Kita menetapkan waktu ground time mendarat atau landing enggak lebih dari dari tiga jam,” ujar dia.
ADVERTISEMENT
Bandara Ngurah Rai juga dinilai masih siap menampung alur masuk keluar turis asing ini. Sebab, dalam satu hari ada 360 jumlah terbang yang take off atau landing di Bali.
“Makanya dalam kalkulasi bandara ini satu jam itu ada 30 take off landing, berarti kalau sehari itu 12 jam saja ada 360. Dengan ditingkatkan beberapa hal apron dan taxi manajemen traffic, kalau diimprove itu bisa tambah 2. Kalau 2x12 kan ada 24 flight. Kalau 2 kali 2 kan ada 48 take off landing, jadi kalau kita tambah 9 sampai dengan 10 masih mampu. Belum flight-flight di dalam negeri,” ujar dia.