Menikmati Cahaya Lampu di Distrik Puldama, Yahukimo, Papua

13 Agustus 2018 13:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembagian lampu tenaga surya di Yahukimo, Papua. (Foto: Lutfan Darmawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pembagian lampu tenaga surya di Yahukimo, Papua. (Foto: Lutfan Darmawan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ada pemandangan berbeda di Desa Kasen, Distrik Puldama, Kabupaten Yahukimo, Papua. Biasanya, pukul 18.00 WIT masyarakat sudah berkumpul di Hanoi (rumah tradisional) untuk beristirahat, namun kali ini berbeda.
ADVERTISEMENT
Pada Sabtu (11/8) setelah mendapatkan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) yang diberikan oleh Kementerian ESDM, suasana malam di desa itu lebih hidup.
"Kita biasanya sudah tidur, tidak boleh keluar (bila) sudah jam enam sore," ujar Yosabel (20) saat ditemui di lokasi.
"Sudah ada lampu jadi senang, ngobrol-ngobrol," tambahnya.
Pembagian lampu tenaga surya di Yahukimo, Papua. (Foto: Lutfan Darmawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pembagian lampu tenaga surya di Yahukimo, Papua. (Foto: Lutfan Darmawan/kumparan)
Yosabel menceritakan, dulu ketika LTSHE belum ada di desanya, banyak kesulitan yang dialami apabila ingin melaksanakan aktivitas malam. Salah satunya seperti pergi ke toilet.
"Dulu kami sembarangan saja, tapi sekarang ada sekop jadi kami gali agak jauh dari rumah," ujarnya.
Namun, permasalahan belum usai. Masyarakat kadang merasa takut untuk keluar malam tanpa penerangan, "sangat berbahaya", kata Yosabel.
Pembagian lampu tenaga surya di Yahukimo, Papua. (Foto: Lutfan Darmawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pembagian lampu tenaga surya di Yahukimo, Papua. (Foto: Lutfan Darmawan/kumparan)
Karena itu, ia dan warga lainnya kerap masih menggunakan kayu yang dibakar sebagai penerangan.
ADVERTISEMENT
"Kalau malam tetap keluar kalau buang air, tapi sekarang sudah ada lampu jadi tidak takut lagi," ungkapnya.
Selain Yosabel, Yosia Well (30) juga mengatakan sangat senang dengan adanya lampu ini.
"Terima kasih atas bantuan dari menteri, kami dulu tidak begini, kami masih tinggal dalam kegelapan, tetapi kami sekarang sudah dapat penerangan dengan baik," ujar Yosia Well.
Yosabel dan Yosia Well tinggal di Honai (rumah) yang berbeda. Di Honai Yosabel diisi oleh kurang lebih sepuluh orang. Sedangkan di Honai Yosia Well berisi sekitar 20 orang. Perbedaan jumlah tersebut berdasarkan besar kecilnya Honai.
Honai tersebut hanya berisikan laki-laki. Hal ini dikarenakan ada peraturan adat yang mengikat bahwa setiap Honai tidak boleh diisi oleh dua lawan jenis yang berbeda.
ADVERTISEMENT