Menjual Produk Tak Harus Bikin Penawaran Heboh

22 April 2019 7:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu toko makanan bersetifikat halal di Kawasan Halal Park Senayan, Jakarta, Senin (16/4). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu toko makanan bersetifikat halal di Kawasan Halal Park Senayan, Jakarta, Senin (16/4). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
ADVERTISEMENT
Trik menjual produk harus tepat sasaran. Sebab tujuannya tentu untuk meraup untung. Menurut Founder Yukbisnis.com, Jaya Setiabudi, trik menjual produk tidak melulu harus memberikan penawaran heboh atau sensational offer sebab bisa saja menggerus kepuasan pelanggan.
ADVERTISEMENT
"Ada yang enggak sreg di hati saya. Saya sendiri tak tega mempraktikkannya untuk menjual buku atau seminar pribadi saya. Karena di hati kecil saya, sangat takut mengecewakan orang. Saya berusaha menjaga index kepuasan di atas 90 persen," katanya kepada kumparan, Senin (22/4).
Alasan utama penjual membuat trik penawaran sensasional tentu bisa meningkatkan harapan pembeli. Namun saat pembeli mendapatkan produk yang ternyata kualitasnya lebih rendah dari yang dijanjikan, otomatis akan kecewa. Trik ini sudah berkembang sangat cepat di Indonesia.
Sejumlah pengunjung berada di Halal Park, GBK, Selasa, (16/4). Foto: Iqbal FIrdaus/kumparan
Pria yang juga penulis buku The Power of Kepepet ini memberikan gambaran teknis penawaran heboh seperti menambahkan bonus yang terlihat banyak dan besar (valuenya) hingga memberikan penawaran heboh dengan segudang benefit. Sehingga saat menyimak penawaran tersebut seolah harga yang dibayarkan konsumen menjadi kecil.
ADVERTISEMENT
"Kenapa teknik itu populer? Ya karena dapat mendongkrak sales dengan instan, tanpa perlu membangun kredibilitas. Tapi jangan tanya apakah hal itu akan langgeng. Saya pribadi adalah sebagian kecil dari konsumen yang alergi dengan cara seperti itu," jelasnya.
Oleh karena itu ia menyarankan agar pada saat menjual suatu produk atau jasa menghindari trik penawaran sensasional. Hanya saja kita perlu menyusun informasi dan layanan kita sesuai dengan kualitas apa adanya. Tentu saja hal ini untuk menjaga kepuasan pelanggan.
"Biarkan mereka mencari/mendengar testimoni dari pelanggan puas lainnya. Testimoni (nyeplos) boleh dimasukkan, tapi bukan editan atau diminta," ucapnya.