Ada Pabrik Karet Sintetis, Industri Ban RI Makin Berdaya Saing

29 November 2018 16:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto resmikan pabrik karet sintetis PT Synthetic Rubber Indonesia. (Foto: Elsa Toruan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto resmikan pabrik karet sintetis PT Synthetic Rubber Indonesia. (Foto: Elsa Toruan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Diresmikannya pabrik karet sintetis pertama di Indonesia, yakni PT Synthetic Rubber Indonesia, membuat Indonesia sudah memiliki seluruh pabrik bahan baku untuk pembuatan ban. Hal ini meningkatkan daya saing industri komponen ban dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Demikian diungkapkan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat ditemui di Cilegon, Banten, Kamis (29/11).
"Kita sudah punya semua, ada karet alam, carbon black yang saat ini sedang dilakukan ekspansi, lalu ada tire core, dan silika," katanya.
Menurut Airlangga, ini menjadi bukti upaya pemerintah dalam mendorong industri untuk ekspor. Selain itu, potensi pemanfaatan karet sintetis untuk industri terbilang besar.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berikan sambutan saat peresmian pabrik karet sintetis PT Synthetic Rubber Indonesia. (Foto: Elsa Toruan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berikan sambutan saat peresmian pabrik karet sintetis PT Synthetic Rubber Indonesia. (Foto: Elsa Toruan/kumparan)
Dalam bidang otomotif, Airlangga menjelaskan, karet sintetis berkontribusi hingga 25 persen terhadap bahan baku. Selain itu, bahan baku ini dapat dimanfaatkan sebagai sarung tangan, selang dan benang karet.
Presiden Direktur SRI Brad Karas mengatakan, kehadiran pabrik ini memperkuat sektor manufaktur dengan menghasilkan berbagai produk bernilai tambah. Sebab, di pabrik ini, digabungkan bahan baku dari Chandra Asri dengan teknologi Michelin.
ADVERTISEMENT
"Di dalamnya, kami mengubah bahan mentah menjadi produk setengah jadi yang digunakan sebagai komponen utama untuk hasilkan ban ramah lingkungan," katanya lagi.
Brad mengatakan, proses produksi di pabrik sudah mulai berjalan sejak Agustus yang menghasilkan sekitar 8.000 ton. Sisanya, sekitar 100 ribu ton akan diproduksi pada tahun depan.
Untuk mencapai kapasitas terpasang 120 ribu ton, baru bisa terealisasi pada masa produksi berikutnya. Nilai ekspor dari hasil produksinya diprediksi mencapai 250 juta dolar AS.