Menperin Undang Investor Bangun Industri Bahan Baku Obat di RI

27 Maret 2019 13:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi suplemen Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi suplemen Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, neraca ekspor-impor industri farmasi atau obat-obatan mengalami defisit USD 1,13 miliar di 2018, meningkat dibandingkan tahun 2017 yang hanya USD 1,1 miliar.
ADVERTISEMENT
Menurut Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto, industri farmasi dalam negeri terkendala pasokan bahan baku, sehingga hampir 90 persen bahan bakunya masih dipenuhi dari impor.
Saat ini, menurut dia, Indonesia mengimpor bahan baku obat senilai USD 4 miliar‎ dan obat jadi senilai USD 800 juta. Airlangga pun meminta industri dalam negeri untuk ekspansi bangun pabrik bahan baku.
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto lepas kontainer berisi produk Bayer yang diekspor ke Eropa. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
"Impor bahan baku (cara menekannya) harus ada investasi, makanya kami kejar investasi dulu, kami dorong perusahaan ekspansi," ucapnya saat ditemui di Pabrik Bayer Cimanggis, Depok, Rabu (27/3).
Dia menambahkan, langkah konkrit yang diambil pemerintah agar defisit neraca ekspor-impor industri farmasi‎ dapat ditekan dengan membentuk Ditjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin pada tahun lalu.
ADVERTISEMENT
"Karena ditjennya kan baru ada, tentu ke depan kami targetnya produksi farmasi ini jadi andalan," kata Airlangga.
Menurut dia, saat ini terdapat 206 perusahaan farmasi yang beroperasi di Indonesia, terdiri dari 178 perusahaan swasta nasional, 34 perusahaan multi nasional, dan 4 perusahaan BUMN. Namun produksi perusahaan itu hanya memenuhi 75 persen kebutuhan obat dalam negeri.