news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mentan Kesal Minyak Sawit RI Diserang Isu Negatif di Eropa: Kita Lawan

27 November 2017 16:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kelapa sawit di kebun Sawindo Kencana. (Foto: Marcia Audita/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kelapa sawit di kebun Sawindo Kencana. (Foto: Marcia Audita/kumparan)
ADVERTISEMENT
Menteri Pertanian Amran Sulaiman kesal atas maraknya isu negatif yang menyerang minyak sawit asal Indonesia. Minyak sawit Indonesia dituduh beragam isu mulai dari lingkungan dan kesehatan oleh banyak negara, khususnya di Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
Menjawab tudingan miring yang dialamatkan banyak negara ke minyak sawit asal Indonesia, Amran menegaskan bila hal itu tidak benar. Dia menegaskan tidak tinggal diam dan sudah berkali-kali melawan banyak negara di meja internasional.
"Saya komunikasi terus dengan Pak Mendag (Menteri Perdagangan). setiap kali kami melakukan pertemuan kami pasti sampaikan ke menteri-menteri, khususnya Menteri Pertanian di Eropa dan juga Menteri Perdagangan. Kita melakukan counter fight untuk black campaign masalah ini," tegas Amran saat ditemui di Deli Serdang, Sumatera Utara, Senin (27/11).
Jokowi di Hutan Kelapa Sawit (Foto: Dok. Agus Suparto - Presidential Palace)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi di Hutan Kelapa Sawit (Foto: Dok. Agus Suparto - Presidential Palace)
Amran menjelaskan isu negatif yang menyerang minyak sawit Indonesia hanya sebatas persaingan dagang. Penyebabnya, Uni Eropa juga memproduksi minyak nabati jenis lain seperti rapeseed, kedelai dan bunga matahari. Namun harga ketiganya lebih mahal dan tidak berdaya saing bila dibandingkan minyak sawit.
ADVERTISEMENT
"Semakin melakukan black campaign bisa menurunkan harga CPO. Tapi dampak berikutnya adalah kesejahteraan, dampak berikutnya adalah kerusakan lingkungan. Berujung pada kerusakan lingkungan yang lebih parah lagi," ucapnya.
Padahal menurut Amran, di sisi yang lain berbagai upaya telah dilakukan Indonesia untuk bisa mengekspor produk minyak sawit ke Uni Eropa. Misalnya kewajiban memperoleh sertifikat RSPO atau Roundtable on Sustainable Palm Oil. Dengan RSPO maka minyak sawit yang diekspor memiliki standar global untuk minyak sawit berkelanjutan. Belum lagi kebijakan pemerintah memoratorium lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit.
"Peringkat Indonesia untuk suistainable agriculture naik ke urutan 15, di bawahnya apa? Ada Amerika," sindir Amran.