Meredam Ancaman Perang Dagang Duterte dengan Impor Pisang Cavendish

27 Februari 2019 9:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jokowi dan Duterte meluncurkan kapal ro-ro. Foto: Dok. Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi dan Duterte meluncurkan kapal ro-ro. Foto: Dok. Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia tengah mempertimbangkan untuk mengimpor pisang cavendish dari Filipina. Rencana ini merupakan respons pemerintah terhadap ancaman perang dagang dari pemerintah Filipina di bawah pimpinan Rodrigo Duterte.
ADVERTISEMENT
Keinginan Filipina ini merupakan solusi untuk mengatasi defisit neraca perdagangan dengan Indonesia. Kalau tidak, Filipina akan terus menebar ancaman perang dagang dengan mempersulit masuknya minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan kopi asal Indonesia.
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira mengatakan, langkah untuk membuka keran impor pisang cavendish merupakan salah satu opsi yang pas untuk meredam perang dagang dengan Duterte. Menurutnya, kedatangan pisang dari Filipina tidak akan menggangu harga jual pisang lokal.
"Sudah pas (rencana Kementerian Perdagangan bakal membuka impor pisang dari Filipina). Enggak akan ganggu karena harga pisang lokal lebih bersaing," kata dia kepada kumparan, Rabu (27/2).
Mengutip data Statistik Pertanian Kementerian Pertanian 2018, produksi pisang Indonesia sepanjang 2017 mencapai 7,16 juta ton. Angka ini naik 2,22 persen dibandingkan produksi 2016 sebanyak 7,00 juta ton.
ADVERTISEMENT
Selama lima tahun atau dari 2013-2017, produksi pisang nasional fluktuatif. Pada 2013 produksinya mencapai 6,27 juta ton. Setahun berikutnya atau pada 2014 naik tipis menjadi 6,86 juta ton. Lalu pada 2015 naik cukup lumayan menjadi 7,29 juta ton.
Bhima juga menegaskan meski ancaman perang dagang Duterte masih berjalan, Indonesia tidak perlu khawatir. Menurutnya, posisi tawar Indonesia lebih kuat.
Hal ini, kata Bhima, karena perang dagang tersebut tidak bakal berdampak serius ke ekspor CPO Indonesia lantaran volumenya yang tidak begitu besar.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, pasar CPO ke Filipina relatif kecil yaitu 3,7 persen dari total pasar Asia. Ekspor produk sawit ke Filipina sebesar USD 311 juta, sementara pasar Asia total menyumbang USD 8,34 miliar (data statistik BPS, 2017).
ADVERTISEMENT
"Kalau secara global artinya tidak sampai 1%. Posisi tawar Indonesia jelas lebih kuat dibandingkan Filipina. Dari sisi ekspor tidak perlu dikhawatirkan," katanya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan bakal membuat forum bisnis dengan Filipina untuk mencari solusi dari perang dagang ini. Kata dia, salah satu pendekatan yang bakal dilakukan Indonesia adalah membeli produk pertanian dari negara Duterte, salah satunya pisang cavendish.