Meski Dikeluhkan Pebisnis, Trump Melaju dengan Perang Dagang ke China

9 September 2018 19:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Apple iPhone 6s. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Apple iPhone 6s. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bergeming dengan berbagai persoalan yang menjadi dampak dari perang dagang. Dia bahkan telah menyiapkan paket lanjutan, untuk mengenakan tarif impor atas sejumlah daftar baru produk asal China.
ADVERTISEMENT
Dalam penerbangan dari South Dakota ke Montana, Trump seperti diberitakan Reuters menyatakan, tarif impor baru itu siap diberlakukan secepatnya. Jika hal ini benar terjadi, maka merupakan fase ketiga perang dagang, setelah pada Juli memberlakukan tarif impor atas produk senilai USD 34 miliar. Lalu disusul pada Agustus untuk produk dengan total nilai USD 16 miliar.
Pada paket ketiga pemberlakuan tarif impor yang disebutkan Trump, menyasar target produk senilai USD 200 miliar. "Target USD 200 miliar yang saya ungkapkan, tergantung pada sikap China atas kondisi ini,” kata Trump dalam penerbangan di Air Force One.
Langkah ini berisiko meningkatkan ketegangan antara dua ekonomi terbesar di dunia. Mengingat setiap pengenaan tarif impor atas produk China oleh AS, serta-merta diikuti aksi balasan oleh China.
Donald Trump. (Foto: REUTERS/Jonathan Ernst)
zoom-in-whitePerbesar
Donald Trump. (Foto: REUTERS/Jonathan Ernst)
Produk impor Cina yang menjadi target tarif baru itu, termasuk berbagai macam barang seperti semikonduktor, plastik, bahan kimia dan peralatan kereta api, serta lemari es. Produk AS yang ditargetkan menjadi sasaran balasan oleh China adalah batu bara, skrap tembaga, bahan bakar, bus dan peralatan medis.
ADVERTISEMENT
Jika perang dagang berlanjut, maka sejumlah perusahaan teknologi mengaku akan terkena dampak. Ini karena sebagian komponen produk mereka diimpor dari China.
Apple mengungkapkan, dampak pertama adalah kenaikan harga jual produk-produknya. Sementara Dell, Cisco, Juniper Networks dan Hewlett Packard Enterprise memperingatkan tarif baru dapat mengakibatkan hilangnya pekerjaan AS.
Sebelumnya, penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan kepada CNBC bahwa pemerintah masih berbicara dengan China. Tapi sejauh ini Cina belum memberikan respons yang diharapkan AS.