Mimpi Dirut PLN Menurunkan Tarif Listrik

17 Januari 2019 10:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirut PLN, Sofyan Basir di kantor PLN pusat. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dirut PLN, Sofyan Basir di kantor PLN pusat. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir mengaku punya satu mimpi besar, yaitu membuat tarif listrik turun. Ia mengaku optimistis bisa menurunkan tarif listrik untuk masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Kalau dikasih izin bermimpi, saya ingin tarif listrik itu jangan naik lagi, tapi mestinya turun," kata Sofyan dalam diskusi dengan media di Jakarta, Rabu (16/1) malam.
Sofyan menjelaskan, pihaknya yakin tarif listrik bisa makin terjangkau karena harga listrik yang dibeli PLN dari produsen listrik swasta semakin menurun. Jika dulu produsen listrik swasta menjual listrik dari PLTU dengan harga di atas USD 7 sen per kWh, sekarang tinggal USD 4-5 sen per kWh.
"Kontrak jual beli dari program 35 ribu MW, dulu itu pembangkit Jepang jual di atas USD 7 sen per kWh, China USD 6 sen per kwh. Kami hari ini tanda tangan dengan China USD 4 sen per kWh, Jepang USD 5 sen per kWh. Berarti kan harga PLN terbawa turun. Ini mimpi kami," tegasnya.
Sambungan Listrik PLN (Foto: Dok. PLN)
zoom-in-whitePerbesar
Sambungan Listrik PLN (Foto: Dok. PLN)
Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik juga akan semakin rendah seiring dengan meningkatnya konsumsi listrik masyarakat Indonesia. Apalagi jika mobil listrik dan kompor induksi semakin populer. Jika konsumsi listrik per kapita meningkat, biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan PLN jadi semakin rendah.
ADVERTISEMENT
"Sekarang (konsumsi listrik) sudah 1.050 kWh per kapita per tahun. Kalau sekarang rendah, nanti kan akan semakin meningkat apalagi mobil listrik masuk, kompor listrik masuk. Kalau ini sudah terjadi, pasti kita bisa lebih murah karena fixed cost secara persentase akan turun drastis," ucapnya.
Selain itu, PLN semakin mengurangi penggunaan sumber-sumber energi yang mahal. Misalnya BBM, kini hanya tinggal 6 persen pembangkit yang berbahan bakar minyak. Pembangkit-pembangkit listrik energi terbarukan juga didorong supaya makin efisien.
"Jadi kami yakin bisa menurunkan tarif," tutup Sofyan.