kumplus- Andi Alisjahbana - miniatur pesawat R80

Mimpi Habibie yang Belum Tuntas: Superblok Batam dan Pesawat R80

12 September 2019 8:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo (kanan) mendengarkan penjelasan dari Presiden ke-3 RI BJ Habibie (kedua kiri) dengan latar depan miniatur pesawat R80. Foto: ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo (kanan) mendengarkan penjelasan dari Presiden ke-3 RI BJ Habibie (kedua kiri) dengan latar depan miniatur pesawat R80. Foto: ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
ADVERTISEMENT
Presiden ke-3 Indonesia, BJ Habibie meninggal dunia pada Rabu (11/9) malam pukul 18.05 WIB. Namun, ada sejumlah bisnis yang dijalankan oleh almarhum Habibie bersama keluarga yang belum usai.
ADVERTISEMENT
Di bidang properti, keluarga Habibie tengah membangun kawasan Mega Superblok Meisterstadt di Batam. Di kawasan mega superblok ini akan dibangun berbagai macam properti.
Di antaranya akan dibangun 11 gedung pencakar langit, 8 tower apartemen sebanyak 6.500 unit, satu hotel, satu rumah sakit internasional, mal, pertokoan, dan satu tower perkantoran dengan 100 lantai. Nilainya pun fantastis, yakni sebesar USD 1 miliar atau setara dengan Rp 14 triliun (kurs Rp 14.000).
Dalam proses pembangunan, keluarga besar Habibie bekerja sama dengan PT Pollux Properti Indonesia Tbk.
“Targetnya saya kira dalam 5-6 tahun lagi kita selesaikan. Tentunya kita tidak akan terlalu lama," kata Presiden Komisaris Pollux Properti Indonesia, Po Sun Kok, di The Habibie & Ainun Library, Jakarta, Rabu (21/8).
BJ Habibie (tengah) hadir di peresmian apartemen Erlessen Tower yang merupakan bagian dari proyek mega superblok di Batam. Foto: Dok. PT Pollux Properti Indonesia Tbk.
Sementara itu, di bidang penerbangan, Habibie diketahui tengah merancang pesawat R80. Rencananya, produksi massal pesawat baling-baling ini akan dilakukan pada 2024 nanti.
ADVERTISEMENT
Pihaknya pun menunjuk PT Regio Aviasi Industri (RAI) sebagai produsennya. Dari catatan kumparan, progres proyek pembuatan R80 telah memasuki tahap verifikasi kebutuhan dan dokumen teknis maupun bisnis.
Adapun pembuatan prototipe pesawat R80 membutuhkan dana lebih dari Rp 200 miliar. Sedangkan biaya pengembangan usaha membutuhkan dana sekitar Rp 20 triliun, belum termasuk biaya produksi pesawat untuk komersial.
Komisaris PT RAI, Ilham Habibie mengatakan, investasi yang digelontorkan kepada pesawat R80 merupakan investasi yang menggunakan skema Risk Sharing Partnership (RSP). Artinya dana investasi yang mengalir tak langsung masuk ke PT RAI.
“Dalam investasi pesawat itu bukan investor, dia kasih uang silakan buat. Yang ada itu RSP. Jadi saya ingin buat barang, investor ikut nimbrung buat,” katanya kepada kumparan, Sabtu (20/1).
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten