Minimalisir Ikan Mati secara Massal, Kantor Susi Anjurkan Resep Ini

13 September 2018 15:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ikan di Selokan Desa Bendungan, EcoVillage Ciawi, Bogor, Jawa Barat, Kamis (06/09/2018). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ikan di Selokan Desa Bendungan, EcoVillage Ciawi, Bogor, Jawa Barat, Kamis (06/09/2018). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menerbitkan kalender prediksi kematian ikan secara massal untuk budidaya Keramba Jaring Apung (KJA). Upaya ini dimaksudkan untuk mencegah dan mengendalikan peristiwa kematian ikan secara massal kembali terjadi.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia KKP, Sjarief Widjaja memaparkan KKP juga memberikan skema alur penanganan penyakit yang berisikan data dan informasi penyebab kematian ikan secara massal.
"Kalender prediksi dan skema alur penanganan ini dapat membangun kesadaran pembudidaya dan para pengambil kebijakan untuk tidak menganggap sepele setiap kasus kematian massal," kata Sjarief di Gedung Mina Bahari III, KKP, Kamis (13/9).
Berdasarkan penelitian di lapangan, terdapat tiga kategori dalam kalender prediksi kematian ikan secara massal untuk budidaya KJA, meliputi kategori aman, waspada dan bahaya.
Untuk kategori aman, belangsung selama bulan Februari hingga Juni. Sjarief menuturkan, pada masa ini, pembudidaya dapat melakukan kegiatan perikanan sesuai dengan standar dan daya dukung serta zonasi yang telah ditentukan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan kategori waspada, terjadi selama bulan Oktober hingga Januari. Pada periode ini, pembudidaya diminta untuk mengurangi pemberian pakan, mengurangi padat tebar ikan dalam KJA atau melakukan panen lebih awal, serta memperhatikan perubahan kondisi lingkungan perairan.
Lalu, pada bulan Agustus hingga September masuk dalam masa bahaya. Sehingga, pembudidaya KJA diharapkan melakukan pemanenan ikan siap panen, menghentikan kegiatan budi daya atau mengurangi padat tebar ikan.
Diskusi dengan Sjarief Widjaja dan Agus Suherman (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi dengan Sjarief Widjaja dan Agus Suherman (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Mereka juga dimbau untuk memperhatikan ukuran ikan yang ditebar, memelihara ikan yang tahan terhadap kondisi perairan yang jelek, penambahan aerasi dan relokasi KJA ke lokasi yang lebih dalam.
"Agustus sampai September pasti ada upwelling (fenomena di mana kondisi perairan yang lebih dingin) ke semua danau dan waduk," papar Sjarief.
ADVERTISEMENT
Selain itu, KKP juga merekomendasikan pengunaan tanaman enceng gondok untuk mengantisipasi kematian ikan secara massal pada budidaya KJA di danau atau waduk. Sebab, tanaman enceng gondok memiliki kemampuan memperbaiki kualitas air.
Selai itu, lanjut Sjarief, untuk mengurangi dampak negatif pakan ikan sisa, dapat dilakukan dengan menerapkan budi daya ikan dalam KJA ganda. Dengan sistem itu, ikan dalam jaring lapis kedua (bagian luar) yang tidak diberi makan hanya mengandalkan makanan sisa dari ikan utama pada jaring lapis kesatu (bagian dalam).
Adapun rekomendasi ini akan disampaikan kepada seluruh pembudidaya KJA, terutama untuk pembudi daya di enam danau dan waduk, yaitu Waduk Jatiluhur, Waduk Cirata, Waduk Saguling, Danau Toba, Danau Maninjau dan Waduk Kedungombo.
ADVERTISEMENT
"Dalam satu tahun, tidak semua bulan bisa ditanami (budi daya). Ada masanya, danau itu butuh masa untuk bernafas," tandas dia.