Modal Rp 500 Ribu, Agen Lion Parcel Ini Raup Omzet Rp 240 Juta/Bulan

29 Juli 2019 18:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Agen Lion Parcel. Foto: Michael Agustinus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Agen Lion Parcel. Foto: Michael Agustinus/kumparan
ADVERTISEMENT
Anda punya rumah atau ruko yang berlokasi di jalan utama? Salah satu peluang bisnis yang bisa digarap adalah menjadi agen atau Point of Sales (POS) Lion Parcel. POS adalah agen yang menerima barang dari konsumen untuk dikirim oleh Lion Parcel. Tak perlu badan usaha, perorangan pun bisa menjadi POS Lion Parcel.
ADVERTISEMENT
Usaha ini tak butuh modal besar. Andy Lim, salah satu agen Lion Parcel di Kota Batam, Kepulauan Riau, mengungkapkan bahwa ia hanya bermodal Rp 500 ribu ketika memulai usaha sebagai POS Lion Parcel 3 tahun lalu. Tempat yang dipakai adalah rumah pribadinya, lalu kendaraan untuk antar jemput barang adalah mobil pribadi.
Sebelum beralih ke usaha POS Lion Parcel, Andy adalah seorang akuntan di perusahaan swasta. Pria yang kini berusia 23 tahun itu tertarik membuka POS Lion Parcel karena persyaratan yang mudah dan tak perlu modal besar.
Namun kesuksesan tak datang tiba-tiba. Pada saat membuka POS Lion Parcel, dalam sehari Andy hanya menerima 5 sampai 10 paket. Usahanya tak langsung menghasilkan untung.
ADVERTISEMENT
"Awalnya ada iklan (POS Lion Parcel), saya tertarik. Syaratnya enggak susah. Kita sudah ada kendaraan, bisa di rumah sendiri. Lion Parcel persyaratan lebih mudah, kalau yang lain harus badan usaha, harus ada karyawan, butuh modal lebih besar. Pertama kali buka dulu saya di rumah pribadi. Top up cuma Rp 500 ribu, itu modalnya," ujar Andy saat ditemui kumparan di Batam, Sabtu (27/7).
Andy Lim, Agen Lion Parcel. Foto: Michael Agustinus/kumparan
Andy pun berupaya menjemput bola, mendatangi langsung calon-calon konsumen. Targetnya adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang menjual sepatu dan tas di sekitar rumahnya.
Ia berusaha meyakinkan konsumen lewat pendekatan personal, layanan yang baik, dan diskon biaya pengiriman barang. Lama kelamaan pelanggannya jadi banyak. Reputasinya bagus sehingga UMKM yang sudah jadi langganan merekomendasikan ke UMKM lain.
ADVERTISEMENT
"Bulan pertama tidak rutin tiap hari ada konsumen. Kita susah. Pertamanya kita survei harga, kita kunjungan ke UMKM, kita bandingkan harga bahwa kita lebih murah. Door to door. Kita teleponin satu-satu kalau barang sudah sampai. Pelan-pelan UMKM nawarin ke temannya," ia menuturkan.
Untuk mempertahankan pelanggan dan menggaet pelanggan baru, Andy mengaku menjaga layanannya. Yang sangat penting adalah kepastian barang sampai tepat waktu. "Kita jaga servis, enggak kita ubah. Kita dari awal kasih kepastian. Barang sudah di mana kita lacak, kita kasih tahu," ujar dia.
Dari awalnya hanya menerima 5-10 paket per hari dan tak rutin, kini POS Lion Parcel milik Andy menerima lebih dari 200 paket per hari. Total mencapai 8 ribu paket atau 8 ton per bulan. Omzetnya mencapai sekitar Rp 240 juta per bulan.
Ilustrasi Agen Lion Parcel. Foto: Michael Agustinus/kumparan
Rumah dan mobil pribadinya sudah tak memadai lagi untuk melayani banyaknya pelanggan. Maka ia memindahkan lokasi POS Lion Parcel miliknya ke POS Ruko Limindo Trade Center Blok A Nomor 2, Batam.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dia juga membeli 2 mobil baru khusus untuk antar jemput paket. Andy pun sudah mempekerjakan 5 orang karyawan untuk antar jemput barang, packing, dan administrasi.
"Sekarang kita sudah investasi ruko di Batam Center dan 2 mobil baru. Pernah kita dapat sampai 1 ton sehari karena ada customer borong seminggu itu. Kita sampai hire karyawan part time," katanya.
Serupa dengan Andy, Edward Effendy, yang menjadi agen Lion Parcel sejak 2 tahun lalu pun memulai usahanya dengan modal minim. Ia memakai ruko kosong milik orang tuanya untuk tempat usaha. Modal awalnya hanya Rp 2,5 juta.
"Modal awal kecil, waktu join enggak ada biaya administrasi. Kita cuma isi data, apply, isi saldo Rp 2,5 juta. Iseng ada ruko kosong punya orang tua, saya pakai," ujarnya.
Edward Effendy, Agen Lion Parcel. Foto: Michael Agustinus/kumparan
Edward mengandalkan relasi untuk memperoleh pelanggan. Kawan-kawan semasa sekolah dihubunginya, ditawari jasa pengiriman barang. Ternyata banyak yang berminat.
ADVERTISEMENT
"Saya kontak-kontak teman sekolah yang jualan online. Ada yang jual mainan bisa sampai 15 ton sebulan. Tiga hari buka, saya sudah dapat 500 kg. Ada sepatu, baju, dan sebagainya," ujar Edward.
Menurut dia, yang paling penting adalah memberi kepastian dan layanan prima kepada pelanggan. Dari situ, pelanggan baru bisa datang karena reputasi yang baik.
"Dari satu paket bisa jadi 100. Yang penting servis. Begitu diminta ambil paket, langsung jalan, enggak nanti-nanti," ucapnya.
Kini POS Lion Parcel milik Edward menerima 300 paket atau 300 kg per hari. Omzetnya sekitar Rp 9 juta per hari atau Rp 270 juta per bulan.
Ilustrasi Agen Lion Parcel. Foto: Michael Agustinus/kumparan
Ia pun berhasil memperluas usahanya dengan membuka 2 POS Lion Parcel baru di 2 mal di Batam. POS tersebut 'menumpang tempat' di usaha cuci mobil miliknya. "Saya sudah buka 2 lagi di 2 mal. Gabung sama usaha cuci mobil," katanya.
ADVERTISEMENT
Menjalankan usaha ini bukannya tanpa kendala. Kadang ada konsumen yang memalsukan data barang, sehingga kiriman paket ditahan Bea Cukai. Ada juga konsumen yang menuntut barang lebih cepat sampai dari seharusnya.
"Ada yang tulisnya koper, ternyata di dalam HT. Proses pengiriman jadi melambat. Sering terjadi juga orang pesannya pakai reguler pack (harusnya sampai 2-3 hari karena tarifnya murah) tapi maunya sehari langsung sampai. Kita dimarah-marahi," pungkas Edward.