Neraca Dagang Diperkirakan Kembali Defisit di November 2018

17 Desember 2018 8:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi peti kemas di pelabuhan. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi peti kemas di pelabuhan. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Neraca perdagangan Indonesia diperkirakan akan kembali mencatatkan defisit selama November 2018. Hal ini terjadi lantaran pertumbuhan ekspor yang masih lebih lambat dibandingkan impor.
ADVERTISEMENT
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual memproyeksi defisit neraca dagang selama bulan lalu mencapai USD 398 juta, lebih kecil dibandingkan defisit bulan sebelumnya yang mencapai USD 1,82 miliar.
"Ekspor tumbuh 2,6 persen secara year on year (yoy), pertumbuhan impor 6,7 persen (yoy), neraca perdagangan defisit USD 398 juta," ujar David kepada kumparan, Senin (17/12).
Penguatan rupiah yang terjadi selama bulan lalu turut menekan laju impor, meskipun dampaknya belum signifikan. Selain itu, faktor pelemahan harga minyak mentah juga turut menghambat impor migas.
"Tapi volume impor migas dan nonmigas secara musiman biasanya puncaknya dua bulan sebelum akhir tahun," kata dia.
Ekonom PT Bank Maybank Indonesia Tbk (MAYA) Myrdal Gunarto juga memperkirakan neraca dagang di bulan lalu defisit di bawah USD 500 juta. Menurutnya, tekanan impor di November 2018 mulai mereda.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
"Saya perkirakan defisit neraca dagang November di bawah USD 500 juta," jelas Myrdal.
ADVERTISEMENT
Dia bilang, nilai tukar rupiah yang menguat serta harga minyak yang menurun drastis dapat menekan laju impor. Namun demikian, nilai impor masih cukup tinggi dibandingkan ekspor, mengingat tingginya kebutuhan pangan di akhir tahun.
Untuk ekspor, meskipun mengalami peningkatan, namun pertumbuhannya masih tipis. Myrdal menuturkan, hal ini dipengaruhi oleh pemulihan ekonomi global yang melambat serta harga komoditas global yang relatif stagnan.
Kebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong ekspor pun belum terlalu berdampak signifikan. Menurutnya, kebijakan tersebut masih membutuhkan waktu karena dilakukan secara bertahap.
"Tidak bisa instan karena kita ada kebutuhan terkait produk impor. Sementara, ketersediaan industri yang berbasis substitusi impor juga perlu proses," tambahnya.
Sepanjang Oktober 2018, neraca perdagangan defisit senilai USD 1,82 miliar. Nilai ekspor tercatat USD 15,8 miliar atau naik 5,87 persen dibanding ekspor September 2018. Sementara nilai impor Indonesia pada Oktober 2018 mencapai USD 17,62 miliar atau naik 20,6 persen dibanding September 2018.
ADVERTISEMENT