Neraca Perdagangan Bulan April Diprediksi Defisit

15 Mei 2019 8:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini akan melaporkan neraca perdagangan selama April 2019. Sejumlah ekonom pun telah memberikan proyeksinya.
ADVERTISEMENT
Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede memproyeksi neraca perdagangan akan mengalami defisit setelah dua bulan berturut-turut mencatatkan surplus. Selama April 2019, defisit neraca perdagangan diprediksi sebesar USD 376 juta.
Menurutnya, defisit neraca dagang ini didorong oleh laju impor yang jauh lebih tinggi dibandingkan ekspor. Laju impor yang diperkirakan tumbuh 4,5 persen (month-to-month/mtm), sementara laju ekspor diperkirakan mengalami penurunan hingga 2,2 persen (mtm). Namun jika dilihat per tahun, laju ekspor dan impor sama-sama menurun, masing-masing sebesar 5,68 persen (year-on-year/yoy) dan 12,83 persen (yoy).
"Kinerja ekspor April cenderung masih tertahan oleh tren penurunan volume permintaan ekspor dari mitra dagang utama. Ini terindikasi dari penurunan indeks PMI manufaktur dari China dan India serta dipengaruhi oleh tren penurunan harga komoditas ekspor seperti batu bara," ujar Josua kepada kumparan, Rabu (15/5).
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, impor diperkirakan akan didorong oleh barang konsumsi untuk menjaga suplai selama Ramadhan dan menjelang Idul Fitri. Sementara impor barang modal dan bahan baku diperkirakan akan cenderung melandai, terindikasi dari aktivitas manufaktur (PMI manufaktur) Indonesia yang turun pada bulan April lalu.
"Selain itu, investasi yang melandai juga terindikasi laju penjualan dan konsumsi semen yang masing-masing terkontraksi 6,7 persen (yoy) dan 8,7 persen (yoy) pada April lalu," katanya.
Ekonom PT Bank DBS Indonesia Masyita Crystallin juga memproyeksi neraca perdagangan selama bulan lalu akan mengalami defisit. Ekspor dan impor juga diprediksi melemah.
"Data perdagangan tertekan di minggu ini. Sejalan dengan tren regional, ekspor dan impor cenderung tetap lemah. Neraca perdagangan mungkin beralih kembali ke wilayah defisit, dari dua bulan surplus berturut-turut," katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memproyeksi neraca perdagangan selama April 2019 akan mengalami defisit. Hal ini sebagai dampak dari eskalasi dagang AS-China yang mulai memanas di bulan lalu.
"Kelihatannya neraca dagang kita mungkin akan defisit," kata Darmin.
Mantan Gubernur Bank Indonesia itu mengungkapkan, langkah antisipasi sudah dilakukan pemerintah agar defisit tak berlanjut di bulan ini dan seterusnya. Salah satunya melalui Pertamina yang akan mengalihkan ekspor avtur untuk memenuhi kebutuhan domestik.
"Impor migas kita akan sedikit berubah, karena Pertamina akan memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun avtur. Pastinya neraca migas kita akan membaik ke depan," jelasnya.
Adapun selama Maret 2019, BPS melaporkan neraca dagang mengalami surplus USD 540 juta. Kinerja ekspor mengalami kenaikan 11,71 persen (mtm), namun turun 10,01 persen (yoy). Sementara impor mengalami kenaikan sebesar 10,31 persen (mtm), namun turun 6,76 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Secara kumulatif Januari-Maret 2019, ekspor dan impor tercatat masing-masing USD 40,51 miliar dan USD 40,7 miliar. Sehingga defisit neraca perdagangan secara kumulatif tercatat sebesar USD 190 juta.