Neraca Perdagangan Diperkirakan Defisit Sepanjang 2018

15 Januari 2019 8:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas melakukan pengerukan endapan lumpur di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas melakukan pengerukan endapan lumpur di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
ADVERTISEMENT
Neraca perdagangan selama Desember 2018 diperkirakan kembali mengalami defisit. Adapun sepanjang 2018, neraca dagang juga diperkirakan mengalami defisit yang cukup dalam dibandingkan tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede memproyeksi, selama Desember 2018 neraca perdagangan akan defisit USD 668 juta, angka ini mengecil dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan defisit hingga USD 2,05 miliar. Sehingga selama 2018 diperkirakan terjadi defisit neraca dagang sebesar USD 8,18 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan 2017 yang mengalami surplus hingga USD 11,84 miliar maupun 2016 yang surplus USD 8,78 miliar.
"Desember diperkirakan tercatat defisit USD 668 juta, dengan laju ekspor diperkirakan mencapai 1,95 persen (yoy) dan laju impor diperkirakan tumbuh 4,75 persen (yoy). Sehingga dengan demikian, neraca perdagangan full year 2018 diperkirakan tercatat defisit USD 8,18 miliar," ujar Josua kepada kumparan, Selasa (15/1).
Laju impor selama Desember 2018 diperkirakan mengalami penurunan dari bulan sebelummya, yang dipicu oleh menurunnya harga minyak dunia sebesar 14 persen (mtm). Hal ini membuat impor migas sedikit mengalami perlambatan sehingga defisit neraca dagang bisa lebih mengecil dari bulan sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Sementara di sisi lainnya, ekspor diperkirakan membaik dibandingkan bulan sebelumnya, ditopang oleh kenaikan harga beberapa komoditas ekspor seperti CPO yang naik sekitar 1,9 persen (mtm) dan karet alam naik 1,6 persen (mtm).
"Meskipun di sisi harga cenderung membaik, namun secara volume eskpor diperkirakan menurun seiring dengan penurunan aktivitas manufaktur mitra dagang utama Indonesia seperti China, AS dan Jepang," katanya.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah, juga memproyeksi neraca perdagangan selama Desember 2018 mengalami defisit USD 200-700 juta. Adapun sepanjang 2018 akan mengalami defisit hingga USD 7,7-8 miliar.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
"Sampai dengan Desember, secara tahunan, neraca perdagangan kita akan defisit sebesar USD 7,7 miliar sampai USD 8,0 miliar. Ini akan menjadi pencapaian terburuk neraca perdagangan sekaligus memperlebar defisit transaksi berjalan," jelas Piter.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, neraca dagang di Desember 2018 terbantu dengan menguatnya nilai tukar rupiah yang berlangsung sejak November 2018. Selain itu juga dampak dari menurunnya harga minyak yang dapat menahan laju impor migas.
"Masih defisitnya neraca perdagangan saya kira terutama disebabkan adanya Natal dan tahun baru yang secara musiman mendorong impor barang konsumsi," tambahnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada November 2018 neraca dagang mengalami defisit USD 2,05 miliar. Sepanjang Januari hingga November 2018, neraca dagang Indonesia juga mencatatkan defisit hingga USD 7,52 miliar.
Angka tersebut melebar dibandingkan November 2017 yang surplus USD 130 juta. Begitu juga dengan periode Januari-November 2017 yang mencatatkan surplus USD 12,02 miliar.
Neraca perdagangan selama November 2018 merupakan yang terparah sepanjang tahun ini. Tak hanya itu, defisit neraca dagang juga yang terparah sejak lima tahun terakhir, tepatnya setelah Juli 2013 yang mencatatkan defisit sebesar USD 2,03 miliar.
ADVERTISEMENT
Direktur Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Anggoro Dwitjahyono mengatakan, defisit yang dalam ini lantaran laju impor yang tumbuh lebih cepat dibandingkan ekspor.
"Ini defisit yang terdalam memang sepanjang tahun ini, cukup besar. Kalau dibandingkan Juli 2013, iya beda sedikit," kata Anggoro.