OECD Proyeksi Ekonomi Indonesia Tetap Tumbuh 5,2 Persen di 2019

11 Maret 2019 10:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peluncuran survei OECD tentang perekonomian Indonesia. Foto: Langgeng Wahyu P/Biro KLI Kemenkeu
zoom-in-whitePerbesar
Peluncuran survei OECD tentang perekonomian Indonesia. Foto: Langgeng Wahyu P/Biro KLI Kemenkeu
ADVERTISEMENT
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,2 persen di tahun ini dan 5,1 persen di 2020. Proyeksi tersebut tetap sama seperti laporan proyeksi yang dirilis OECD November 2018.
ADVERTISEMENT
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid diperkirakan akan berlanjut di Indonesia, pertumbuhan 5,2 persen di 2019 dan 5,1 persen di 2018," tulis laporan OECD, Senin (11/3).
Organisasi yang berbasis di Paris itu menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh konsumsi rumah tangga yang kuat. Selain itu, proyek infrastruktur yang tengah berlangsung juga mendukung pertumbuhan investasi.
Namun demikian, kondisi ekspor Indonesia masih menjadi perhatian OECD. Hal ini karena melambatnya permintaan dari global, khususnya di Asia.
Peluncuran survei OECD tentang perekonomian Indonesia. Foto: Langgeng Wahyu P/Biro KLI Kemenkeu
"Sampai saat ini dan kondisi pasar keuangan telah membaik sejak akhir 2018, tetapi permintaan eksternal melambat di Asia turut mengoreksi pertumbuhan ekspor," tulisnya.
OECD telah memangkas ekonomi global menjadi 3,3 persen di tahun ini dan 3,4 persen di 2020. Proyeksi tersebut turun masing-masing 0,2 persen dan 0,1 persen dari proyeksi November tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Sengketa perdagangan dan ketidakpastian Brexit turut berdampak pada perekonomian dan bisnis dunia.
"Ekonomi global tumbuh lebih rendah dari proyeksi semula. Pertumbuhan perdagangan global yang melambat tajam membuat permintaan baru terus menurun. Pembatasan perdagangan di sejumlah negara tahun lalu menyebabkan hambatan pada pertumbuhan, investasi, dan standar hidup, khususnya untuk rumah tangga berpenghasilan rendah," demikian laporan OECD.