OJK Prediksi 80 Persen Transaksi Perbankan Pakai Smartphone di 2020

2 Mei 2019 13:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alat transaksi isi ulang uang elektronik Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Alat transaksi isi ulang uang elektronik Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Kemajuan teknologi memungkinkan orang bertransaksi keuangan secara digital. Hanya dengan sentuhan jari di smartphone, nasabah bisa langsung mengirim uang.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nurhaida, mengatakan digitalisasi di sektor keuangan memang menjadi keniscayaan yang dihadapi industri perbankan. Bahkan, pada 2020, diprediksi 80 persen transaksi perbankan bakal dilakukan smartphone.
"Di analisis lain, pada 2020 nanti, 80 persen kegiatan pasar nanti akan didominasi oleh smartphone, jadi akan banyak teknologi maju," kata Nurhaida dalam seminar Disruption and Banking for the Future, di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (2/5).
Kondisi ini, kata Nurhaida harus disikapi oleh perbankan. Katanya, agar tak ketinggalan, perbankan harus menyesuaikan diri dengan membuat layanan digital atau bekerja sama dengan financial technology (fintech).
Ilustrasi pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Penyesuaian ini penting karena masyarakat membutuhkan layanan keuangan yang murah, cepat, dan efisien. Dia menjelaskan berdasarkan riset saat ini digitalisasi bisa membuat perbankan lebih efisien hingga 20-30 persen.
ADVERTISEMENT
"Masyarakat itu sekarang kan tidak suka waktu yang lama, mereka mau layanan yang cepat dan murah. Inovasi keuangan ini kan membutuhkan biaya yang murah dan efisien, karena itu bank harus bertransformasi," kata dia.
Nurhaida menuturkan, kemajuan teknologi digital ini memang membuat industri perbankan terdistrupsi, termasuk ke jumlah karyawan. Tapi, kata dia, sumber daya manusia (SDM) disebut tak perlu khawatir karena dengan adanya teknologi baru itu maka akan muncul proses bisnis baru dan kesempatan baru untuk menciptakan lapangan kerja baru.
"Sehingga sebenarnya perlu di-adress perkembangan teknologi dan kapabilitas sumber daya manusianya. Jadi memang harus diubah juga mindset dan skillset-nya," jelas dia.