Ongkos Kargo Mahal, Biaya Kirim Barang Melonjak

15 Februari 2019 11:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kargo. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kargo. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tak kurang dalam sepekan ini, naiknya biaya kirim barang banyak terjadi di tengah masyarakat. Salah satu faktor yang digadang-gadang menjadi sebab ialah naiknya kargo udara (Surat Muatan Udara).
ADVERTISEMENT
Imbasnya, tak elak mendatangkan efek domino yang memukul berbagai pihak mulai dari eksportir hingga pelaku usaha kecil. Berikut kumparan merangkumnya:
1.Ongkos kirim Eksportir Gorontalo-Jakarta Naik 150 persen
Kenaikan tinggi tarif kargo udara (Surat Muatan Udara/SMU) dikeluhkan pengusaha. Salah satunya dialami langsung oleh Direktur CV Jaya Seafood Muhammad Yusuf, yang mengelola bisnis ekspor ikan di Gorontalo.
Yusuf sering mengirim ikan khususnya produk tuna loin dari Gorontalo ke Jakarta untuk selanjutnya diekspor ke berbagai negara. Dia pun cukup kaget melihat surat tagihan kargo udara dari Gorontalo ke Jakarta yang dia harus bayar naik 150 persen.
"Tahun lalu masih Rp 13 ribu per kg untuk Gorontalo ke Jakarta. Sejak Januari 2019 menjadi Rp 33 ribu per kg," ungkap dia kepada kumparan, Kamis (14/2).
ADVERTISEMENT
Tidak hanya dari Gorontalo ke Jakarta, kenaikan tarif kargo udara juga berlaku untuk seluruh rute penerbangan domestik. Misalnya Makassar ke Jakarta sebelumnya Rp 7 ribu per kg menjadi Rp 19 ribu per kg, Banda Aceh ke Jakarta sebelumnya Rp 7 ribu per kg menjadi Rp 16 ribu per kg.
"Tarif kargo yang dinaikkan semua rute penerbangan dan semua daerah. Hanya maskapai dalam negeri saja yang menaikkan tarif kargo sedangkan maskapai luar tidak menaikkan tarif kargonya," imbuhnya.
Ilustrasi kargo. Foto: Shutterstock
2.Jasa ekspedisi naikkan harga sampai 25 persen
Kabar kenaikan tarif jasa pengiriman dibenarkan oleh para pelaku jasa ekspedisi. Adapun kenaikan yang terjadi ada di kisaran 5 hingga 25 persen.
Managing Director PT Citra Van Titipan Kilat (Tiki) Tomy Sofhian mengatakan, kenaikan terjadi di beberapa tujuan pengiriman utamanya ke luar Jabodetabek.
ADVERTISEMENT
“Ada kenaikan tapi enggak semua. Yang naik dari Jabodetabek ke luar, 5-10 persen,” katanya ketika dihubungi kumparan.
Ia menyebut, kenaikan pengiriman tak lepas dari imbas kenaikan kargo utamanya di udara.
“Ada pengaruh bagasi berbayar dan tiket pesawat makanya ada penyesuaian harga,” imbuh dia.
CEO PT Dinamika Lintas Buana yang juga merupakan Wakil Ketua Umum Asperindo Budi Paryanto juga mengatakan, ada kenaikan yang cukup signifikan dari tarif pengiriman.
“Sekitaran 20-25 persen. Semua ini dan anggota kami semua karena efek SMU (Surat Muatan Udara),” timpalnya.
Budi menambahkan, kenaikan pada tarif pengiriman bisa berbeda-beda tiap ekspedisi sesuai dengan kenaikan SMU dari pihak penerbangan.
“Contoh, di Palembang itu angka akumulasi sekitar 320 persen. Tentu kami tidak akan menaikkan tidak hanya 10 persen, pasti lebih, secara SMU nya tinggi. Nanti ada kota tertentu naiknya hanya di kisaran 80 persen atau 90 persen sesuai dengan tingkat kenaikan itu,” kata dia.
Produk UMKM Kejaya Handicrafts Foto: Rina Nurjanah/kumparan
3.Tarif kirim naik, UMKM keluhkan Sepinya Pembeli Oleh-oleh
ADVERTISEMENT
Ketua Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun menyampaikan keluhan sepinya penjualan oleh-oleh akibat meningkatnya tarif kirim.
“Oleh-oleh produk UMKM kearifan lokal yang saat ini terpukul omzetnya menurun dengan adanya tarif bagasi berbayar dan juga tarif jasa ekspedisi yang juga ada kenaikan. Tiket juga kan mengalami kenaikan,” katanya.
Di sisi lain, UMKM juga mengeluhkan kenaikan tarif kirim akibat adanya tarif angkutan barang atau bagasi berbayar. Misalnya saja, Lion Air ditetapkan variatif. Mulai dari bobot 5 kilogram (kg) sebesar Rp 155.000, 10 kg Rp 310.000, 15 kg sebesar Rp 465.000, 20 kg sebesar Rp 620.000, 25 kg sebesar Rp 755.000, dan 30 kg sebesar Rp 930.000.
4.Tekstil Impor Asal China Makin Mahal di Pasar Tanah Abang
ADVERTISEMENT
Seorang pedagang, Yusuf (27), mengungkap sejak sekitar awal tahun ini ada kenaikan harga tekstil impor. Para importir menaikkan harga karena meningkatnya tarif kargo udara.
“Ini kebanyakan impor di sini itu emang dari China, itu makin mahal, naiknya sekitar Rp 10.000-an dari sananya (importir),” katanya ketika ditemui di kawasan pasar Tanah Abang, Jakarta, Kamis (14/2).
Imbas kenaikan harga beli itu, kata Yusuf, pihaknya juga terpaksa harus menyesuaikan harga jual ke konsumen.
“Ya mau enggak mau, harga dagangan naik, ditambah ongkir juga lagi naik, makanya konsumen dobel dapat kenaikan harganya,” imbuh dia.