Organda Cemaskan Kualitas Biodisel B20, Bisa Ganggu Mesin

26 Agustus 2018 11:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bus tingkat Jakarta-Solo siap berangkat (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bus tingkat Jakarta-Solo siap berangkat (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Organisasi Angkutan Darat (Organda) menyoroti jaminan kualitas bahan bakar biodisel B20 karena Pemerintah Indonesia akan mewajibkan campuran kelapa sawit pada BBM jenis solar sebesar 20 persen mulai 1 September 2018.
ADVERTISEMENT
Catatan ini merupakan pengalaman anggota Organda sejak menggunakan biosolar dengan standar B10. Dalam keterangan tertulis Organda, anggota Organda dari PO Putra Sejahtera, Kurnia Lesani Adnan menceritakan pengalamannya menggunakan biosolar. Saat menggunakan biosolar B10, performa mesin pada kendaraan bus menurun. Akibatnya terjadi blocking pada filter atau penyaring bbm (solar) pada mesin bus.
Ketika terjadi blocking pada filter, risiko kecelakaan sangat tinggi. Dalam posisi jalan menanjak dengan kecepatan tinggi, kualitas solar yang tidak sesuai dengan kriteria mesin membuat tenaga mesin menjadi drop/low compression secara mendadak sehingga filter BBM tersumbat.
“Saat ini kami menggunakan solar B10 harus sering mengganti filter BBM lebih cepat dari jadwal yang direkomendasikan oleh pabrikan (15.000km). Bisa dibayangkan jika kami sebagai operator lalai akan hal ini,” ungkap Kurnia dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/8).
ADVERTISEMENT
Kurnia mengatakan pertumbuhan infrastruktur yang sangat pesat membuat pihaknya harus mengubah spesifikasi kendaraan bus dengan berkapasitas mesin besar dan semua sudah berstandar euro 3, bahkan beberapa pabrikan sudah mulai dengan standar euro 4.
Dari sisi teknis Biodiesel atau disebut Fatty Acid Methyl Ester (FAME) merupakan minyak solar campuran minyak sawit 20 persen dan solar minyak bumi 80 persen. Bahan baku pencampur biodiesel pun bisa dikatakan dapat diperoleh dari minyak kelapa sawit.
Petugas mengisi BBM jenis Solar di SPBU. (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengisi BBM jenis Solar di SPBU. (Foto: Puti Cinintya Arie Safitri/ kumparan)
Proses pembuatan biodiesel dengan mengurai molekul trigliserida menggunakan metanol atau etanol dan dibantu katalisator. Reaksi ini menghasilkan ester metil atau etil asam lemak yang sifat fisiknya mirip dengan minyak solar. Untuk mendapatkan campuran yang homogen antara FAME dengan minyak solar maka dilakukan di kilang. Kurnia mempertanyakan jaminan konsistensi proses pencampuran tersebut.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Sekretaris Jenderal DPP Organda Ateng Aryono mengaku mengapresiasi langkah pemerintah tersebut karena biodiesel merupakan produk pertanian sehingga dapat diperbaharui namun dia juga memberikan catatan.
“Pada akhirnya akan menghemat penggunaan minyak solar sehingga mengurangi ketergantungan impor bahan bakar minyak,” ungkapnya.
Organda menunggu rekomendasi resmi dari Angota Pemegang Merk (APM), GAIKINDO dan kalangan akademisi dalam implementasi biosolar B20.
“Jangan sampai ada hal-hal yang mengganggu pelayanan akibat kebijakan pemerintah,” tambahnya.