Pakai Biodiesel, Kendaraan Jadi Lebih Boros Bahan Bakar 3 Persen

27 September 2018 12:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi biodiesel 20 persen (B20). (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi biodiesel 20 persen (B20). (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pemerintah mengumumkan perluasan program mandatori biodiesel 20 persen (B20) pada 31 Agustus 2018. Kini bukan hanya solar subsidi alias Public Service Obligation (PSO) saja yang dicampur biodiesel 20 persen, solar non PSO juga.
ADVERTISEMENT
Program B20 ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) yang menguras devisa. Defisit neraca perdagangan dari sektor migas adalah salah satu penyebab pelemahan rupiah terhadap dolar AS saat ini.
Namun, ada efek negatif dari penggunaan B20. Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Rida Mulyana mengakui, konsumsi bahan bakar kendaraan jadi naik 1 sampai 3 persen karena B20.
"Apakah pakai B20 lebih boros? Iya, sekitar 1-3 persen. Kalau biasanya pakai 100 liter per hari jadi 102 liter per hari," kata Rida saat diskusi dengan media di Jakarta, Rabu (26/9).
Ilustrasi biodiesel. (Foto: AFP/Pornchai Kittiwongsakul)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi biodiesel. (Foto: AFP/Pornchai Kittiwongsakul)
Tapi, Rida menambahkan, B20 membuat mesin mobil jadi lebih bersih. Kerak dan karat-karat mesin akan rontok berkat B20. Untuk kendaraan-kendaraan tua, kemungkinan bisa mogok pada tahap awal menggunakan B20 karena kerak mesin yang rontok mengendap di saringan.
ADVERTISEMENT
"Mesin jadi lebih bersih. Untuk mobil lama, karat-karat mesin mengendap dan menyebabkan mogok. Tapi begitu saringan diganti, jadi bersih. Setelah 3 bulan bersih," papar Rida.
Menurut Rida, dampak positif dari program B20 jauh lebih besar dibanding negatifnya. Mulai dari pengurangan emisi karbon, menekan defisit neraca perdagangan, meningkatkan harga sawit di pasar dunia, meningkatkan devisa negara, dan memperkuat rupiah.
"Penghematan untuk mengurangi defisit neraca perdagangan di 4 bulan (September-Desember 2018) ini bisa mencapai USD 1 miliar," tutupnya.