Pebisnis Kuliner Bersiap Sambut Lonjakan Omzet di Pertengahan Ramadhan

24 Mei 2018 18:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Berburu takjil di Pasar Benhil. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Berburu takjil di Pasar Benhil. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bulan Ramadhan membuat masyarakat muslim mengurangi konsumsi makanan dan minuman, sehingga omzet bisnis kuliner cenderung menurun. Namun tren tersebut, hanya berlaku di awal Ramadhan. Sejumlah pengusaha restoran mengungkapkan, pada pertengahan bulan Ramadhan omzet penjualan mereka justru melonjak.
ADVERTISEMENT
Direktur PT Sarimelati Kencana Indonesia Tbk, Jeo Sasanto mengungkapkan, biasanya penurunan omzet terjadi pada minggu pertama hingga memasuki minggu kedua di bulan Ramadhan. "Tapi penurunan itu bisa ditutupi dengan pendapatan yang meningkat pada minggu ketiga dan keempat bulan puasa. Peningkatannya bisa sampai 10%," kata pengelola restoran Pizza Hut itu kepada kumparan, Kamis (24/5)
Pola tersebut cenderung berulang di setiap bulan Ramadhan, sehingga para pengusaha restoran mengaku tak khawatir dengan penurunan omzet saat ini.
"Minggu pertama dan kedua di bulan puasa itu sangat wajar kalau omzet menurun. Karena masyarakat pada umumnya ingin berbuka puasa bersama keluarga di rumah," paparnya.
Ilustrasi Pizza (Foto: Dok. www.vadoli.de)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pizza (Foto: Dok. www.vadoli.de)
Sementara pemilik restoran 'Rumah Ori' Jogjakarta, Muhammad Imam Bukhori mengatakan, pendapatannya bisa meningkat hingga 20% di minggu terakhir bulan puasa.
ADVERTISEMENT
Hal yang sama juga diungkap Ketua Umum Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI) Levita Supit. Levita menjelaskan bahwa mulai pertengahan Ramadhan hingga menjelang Lebaran merupakan masa panen bisnis kuliner, karena banyak masyarakat berbuka puasa di luar rumah.
Dia mengungkapkan peningkatan omzetnya bisa sampai tiga kali lipat. "Minimal dapat double dari hari biasalah," kata Levita.
"Kita kan tahu masyarakat semua pada sibuk kerja, apalagi ditambah Jakarta tingkat kemacetannya parah, sehingga akan lebih memilih untuk berbuka puasa di luar dibandingkan di rumah. Singkatnya biar praktis," pungkas Levita.