Pedagang Pasar Kesulitan Jual Gula Sesuai HET Rp 12.500 per Kg

22 Mei 2018 20:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gula pasir (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gula pasir (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Salah satu kebutuhan pokok yang paling banyak dikonsumsi rumah tangga Indonesia adalah gula kristal putih. Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk gula yaitu Rp 12.500 per kg.
ADVERTISEMENT
Namun, Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Maulana mengatakan bahwa kebijakan HET tersebut sulit untuk dijalankan. Berkaca pada HET beras, patokan harga membuat suplai ke pasar menurun.
“Pedagang takut melihat pengalaman beras yang ternyata di lapangan HET tak berjalan. Karena ternyata yang ditemukan HET menekan petani lokal sehingga suplai gula justru menurun,” ungkap Maulana di Hongkong Cafe, Jakarta, Selasa (22/5).
Kata Maulana, harga gula di pasar tradisional saat ini berada di kisaran Rp 13.500-14.000 per kg. Kondisi ini berbeda dengan pedagang di kelas pasar modern. Sebab untuk pasar modern, stok dapat tersedia terlebih dahulu dan pembayaran dapat dilakukan beberapa bulan setelahnya.
Selain itu, pasar modern bisa mendapat diskon dari pemasok gula karena membeli dalam jumlah besar.
ADVERTISEMENT
“Berbeda dengan pedagang pasar tradisional yang harus bayar di depan, stok baru masuk. Mereka enggak punya gudang yang besar jadi tidak punya kekuatan untuk menawar atau diskon. Nah ini menyebabkan program pemerintah di pasar tradisional susah dilaksanakan,” ujarnya.
Maulana juga mengkritik bahwa permasalahan kenaikan harga gula menjelang bulan Ramadhan merupakan masalah yang tidak kunjung selesai. Sejak bertahun-tahun lalu, fenomena tersebut selalu berulang. Impor gula dibuka pemerintah di waktu yang tidak tepat sehingga tidak efektif untuk menstabilkan harga.
“Dari dulu juga seperti ini kondisinya. Setiap mau puasa, lebaran harga selalu naik. Pemerintah impornya juga deket-deket lebaran. Padahal kan itu kebutuhan yang sudah bisa dihitung. Ini kan aneh,” tutupnya.