Pemerintah Berencana Kurangi Volume Solar Subsidi Tahun Depan

19 Juli 2018 19:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana SPBU Setiabudi, Jakarta Selatan (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana SPBU Setiabudi, Jakarta Selatan (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pemerintah berencana mengurangi volume penyaluran BBM jenis Solar pada 2019 menjadi hanya 14,5 juta kiloliter (KL) dari 15,62 juta KL di tahun ini. Rencana ini sudah disepakati Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan beberapa waktu lalu dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019.
ADVERTISEMENT
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan, pengurangan volume dilakukan karena melihat realisasi penyaluran Solar subsidi beberapa tahun belakangan. Katanya, sejak 2016 hinga Juni 2018, realisasi konsumsi Solar tidak pernah mencapai target yang ditetapkan pemerintah.
“Mengenai volume minyak tanah tetap. Tapi Solar, kesepakatan dengan Kementerian Keuangan pada hari Minggu jadi 14,5 juta KL, daripada kita menggunakan angka yang tidak pernah bisa dicapai. Ini sudah dilihat dari 2016, 2017, 2018,” kata dia saat rapat kerja dengan Komisi VII di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (19/6).
Meski begitu, jika konsumsi Solar pada 2019 melebihi volume yang sudah ditetapkan pemerintah, Jonan menjamin dana subsidinya akan diganti pemerintah ke PT Pertamina (Persero) sebagai badan usaha yang menyalurkan Solar subsidi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Kementerian ESDM, realisasi penyaluran Solar hingga 30 Juni 2018 baru 7,19 juta KL dari target APBN sebesar 15,62 juta KL. Pada 2017 lalu, konsumsi Solar subsidi hanya 14,51 juta KL dari volume yang ditetapkan di APBN sebanyak 15,62 juta KL.
Jonan bilang, rencana penurunan kuota Solar ini juga disebabkan asumsi beberapa hal, yaitu mengacu pada Kerangka Ekonomi Makro-Pokok-Pokok Kebijakam Fiskal (KEM-PPKF) RAPBN TA 2019.
Adapun soal subsidi Solar, Jonan bilang akan ditambah menjadi Rp 2.000 per liter tahun. Pada 2019, subsidinya menjadi Rp 2.000-Rp 2.500 per liter karena mempertimbangkan harga minyak dunia yang terus naik.
“Subsidi Solar idealnya ya menjadi Rp 2.000 per liter, itu sudah plus margin. Kalau pakai Rp 500 per liter dengan ICP USD 66 per barel, ya itu enggak bisa juga,” katanya.
ADVERTISEMENT