Pemerintah Cari Cara Tangani Penyakit Gugur Daun Karet

24 Juli 2019 19:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pohon karet Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pohon karet Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
ADVERTISEMENT
Pemerintah tengah mencari cara untuk menangani mewabahnya penyakit gugur daun karet atau Pestalotiopsis sp. Akibat penyakit tersebut, produksi karet diperkirakan turun hingga 15 persen di tahun ini.
ADVERTISEMENT
Hingga 16 Juli 2019, penyakit tersebut telah menyerang provinsi sentra karet, antara lain Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur seluas 381,9 ribu hektare (ha). Angka tersebut meliputi serangan ringan seluas 149,6 ribu ha dan serangan berat seluas 232,4 ribu ha.
"Prediksi kemungkinan turun, tapi jumlahnya belum tahu pasti. Tadi diprediksi secara nasional kurang lebih 15 persen penurunan dari 2018," ujar Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Kasdi Subagyono di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (24/7).
Eskalasi dan intensitas serangan penyakit gugur daun yang terjadi sejak 2017 hingga 2019 ini telah mengalami peningkatan yang signifikan. Pertama kali penyakit ini ditemukan di Provinsi Sumatera Utara dan kemudian menyebar ke Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.
ADVERTISEMENT
Penyakit ini pun diperkirakan terjadi juga di provinsi sentra karet lainnya antara lain: Jambi, Riau, Bengkulu, Sumatera Barat, dan Lampung.
Berdasarkan laporan dari Lembaga Getah Malaysia (Malaysia Rubber Board) serangan penyakit gugur daun Pestalotiopsis sp. juga terjadi di Malaysia, terutama di daerah semenanjung Melaka.
“Munculnya penyakit ini dan juga penyakit lain terutama disebabkan menurunnya ketahanan tanaman akibat ketidakmampuan petani/pekebun untuk merawat kebun sesuai standar. Hal ini utamanya dikarenakan turunnya harga karet pada level rendah dalam rentang waktu yang lama,” lanjut Kasdi.
Ilustrasi pohon karet Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Adapun upaya pemerintah dalam membantu petani untuk mengendalikan penyakit tersebut meliputi pengendalian dengan menggunakan fungisida dan memberikan bantuan pupuk untuk meningkatkan ketahanan tanaman karet terhadap serangan penyakit tersebut.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud menjelaskan, Indonesia memiliki perkebunan karet dengan luas yang mencapai 3,66 juta ha pada 2017.
Luasan tersebut memberikan kontribusi produksi sebesar 3,68 juta ton dan produktivitas 1,19 ton per ha.
Perkebunan karet Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat (85 persen) dan menciptakan lapangan kerja bagi 2,5 juta KK dengan rata-rata luas kepemilikan sekitar 1,25 ha.
Karet merupakan salah satu andalan ekspor yang berkontribusi besar terhadap devisa negara. Volume ekspor mencapai 2,99 juta ton dengan nilai USD 5,10 miliar per Juni 2019.
“Pemerintah akan terus menjaga produktivitas dan harga karet alam, termasuk dengan menangani penyakit gugur daun karet ini, peremajaan karet rakyat, maupun upaya-upaya lainnya,” tambahnya.
ADVERTISEMENT