Pemerintah dan BI Ramal Neraca Perdagangan RI Masih Defisit di 2019

11 Januari 2019 16:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Neraca perdagangan sepanjang tahun ini diperkirakan masih mencatatkan defisit. Namun demikian, angkanya tak akan selebar tahun 2018.
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, neraca perdagangan masih sulit untuk surplus lantaran impor migas yang masih tinggi. Bahkan menurutnya, untuk menyelesaikan tingginya impor migas tak cukup dalam waktu setahun.
"Belum surplus. Urusan migas nih gimana menyelesaikannya? Setahun kah?" ujar Darmin di kantornya, Jakarta, Jumat (11/1).
Menko Perekonomian Darmin Nasution Meresmikan KEK Galang Batang di Bintan. (Foto: Dok. Kemenko Perekonomian)
zoom-in-whitePerbesar
Menko Perekonomian Darmin Nasution Meresmikan KEK Galang Batang di Bintan. (Foto: Dok. Kemenko Perekonomian)
Menurut mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) tersebut, neraca migas hanya surplus pada tahun 2001 hingga 2002. Setelahnya, impor migas justru semakin membesar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor migas pada 2001 mencapai USD 5,4 miliar, sementara ekspornya mencapai USD 12,6 miliar. Pada 2002, impor migas meningkat menjadi USD 6,5 miliar, sementara ekspornya juga meningkat menjadi USD 12,1 miliar.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya terakhir kita surplus migas neraca perdagangannya itu 2001 atau 2002, setelah itu pelan-pelan makin besar. Sekarang pun kalau nonmigas itu kita surplus, tapi defisitnya migas terlalu besar, sehingga totalnya jadi defisit," kata dia.
Senada dengan Darmin, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan neraca dagang di tahun ini masih belum bisa mencatatkan surplus. Namun, nilai defisitnya diperkirakan tak akan sebesar tahun lalu.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo, Jakarta, Jumat (14/9/2018). (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo, Jakarta, Jumat (14/9/2018). (Foto: Nicha Muslimawati/kumparan)
Menurut Dody, saat ini impor untuk barang modal masih tinggi akibat tumbuhnya investasi. Namun dia melihat adanya tren penurunan impor tersebut.
"Kalau masih defisit, defisit. Tapi yang penting trennya yang menurun ya. Karena kalau langsung terjadi surplus itu juga apa penyebabnya, apakah kenaikan yang tajam dari ekspor atau penurunan yang tajam dari impor," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Adapun selama Januari hingga November 2018 neraca perdagangan Indonesia mencatatkan defisit USD 7,52 miliar. Secara rinci, ekspor mencapai USD 165,81 miliar, sementara impor mencapai USD 173,32 miliar. Defisit perdagangan tahun 2018 tercatat sebagai yang paling parah sejak Indonesia merdeka.