Pemerintah Diminta Genjot Manufaktur untuk Perbaiki Neraca Perdagangan

29 Januari 2019 14:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perakitan ponsel Xiaomi di Batam. (Foto: Xiaomi)
zoom-in-whitePerbesar
Perakitan ponsel Xiaomi di Batam. (Foto: Xiaomi)
ADVERTISEMENT
Sektor manufaktur dinilai bisa menjadi alternatif untuk bisa menggenjot ekspor di tengah terus anjloknya harga komoditas. Apalagi, di tahun ini komoditas diproyeksi tak bisa menopang kinerja perdagangan.
ADVERTISEMENT
Chief of Economist PT Bank Negara Indonesia (BNI), Ryan Kiryanto, mengatakan manufaktur adalah salah satu harapannya. Sektor ini yang pertumbuhannya stagnan di kisaran 5 persen sejak 2016 dinilai masih bisa digenjot.
Outlook komoditas di tahun ini sulit diprediksi. Satu sisi permintaan menurun, harga juga ikut turun. Satu-satunya jalan pemerintah harus banting setir. Policy ekspor tidak hanya andalkan komoditas, tapi juga produk manufaktur,” katanya dalam diskusi di Wisma BNI 46, Jakarta Pusat, Selasa (29/1).
Berdasarkan data BPS, Neraca perdagangan selama 2018 defisit USD 8,57 miliar, menjadi yang terparah sepanjang sejarah republik. Kinerja perdagangan periode tersebut anjlok dibandingkan 2017 yang mencatatkan surplus USD 11,84 miliar.
Menurut Ryan, upaya yang bisa dilakukan dalam menggenjot sektor manufaktur untuk memperbaiki neraca perdagangan antara lain meningkatkan rantai produksi sektor elektronik, khususnya smartphone. Selama ini, kebanyakan komponen smartphone masih impor.
Perakitan ponsel Xiaomi di Batam. (Foto: Xiaomi)
zoom-in-whitePerbesar
Perakitan ponsel Xiaomi di Batam. (Foto: Xiaomi)
Dengan meningkatkan industri manufaktur, pemerintah mendorong ekspor barang bernilai tambah tinggi. Sebab, tren ekspor di tahun ini cenderung merujuk pada ekspor barang jadi, bukan lagi bahan baku.
ADVERTISEMENT
“Seperti China itu konsumsi merek sudah tidak merujuk pada bahan baku lagi, tapi juga barang jadi,” tuturnya.
Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef ), Bhima Yudhistira, mengatakan produk komoditas lebih baik dimanfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri. Produk B20 salah satu contoh dalam penggunaan komoditas dalam negeri.
“Harga komoditas masih belum akan rebound. Rata-rata di harga yang cenderung menurun kecuali Nikel. Memang harus dorong industri manufaktur agar pertumbuhan ekonomi tahun ini minimal bisa terjaga sama dengan tahun 2018, yakni sebesar 5,1 persen,” tutup Bhima.