news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pemerintah Prioritaskan Surat Utang Berdenominasi Rupiah di 2019

12 September 2018 11:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi uang Dolar Amerika Serikat dan rupiah. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uang Dolar Amerika Serikat dan rupiah. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pemerintah masih akan mengutamakan pembiayaan melalui Surat Berharga Negara (SBN) berdenominasi rupiah di tahun depan. Khusus untuk valas, SBN berdenominasi euro dan yen akan diutamakan dibandingkan dolar AS.
ADVERTISEMENT
Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu Scenaider Siahaan mengatakan, hal tersebut dilakukan untuk memitigasi risiko di pasar keuangan global. Menurut dia, porsi SBN valas di tahun depan tak akan berbeda jauh seperti tahun ini, yaitu sekitar 20 persen dari total SBN.
Adapun hingga akhir Juli 2018, total utang pemerintah yang berasal dari SBN mencapai Rp 3.467,52 triliun atau 81,35 persen dari total utang pemerintah pusat, terdiri dari SBN berdenominasi rupiah sebesar Rp 2.674,52 triliun atau 62,89 persen dan berdenominasi valas sebesar Rp 793,01 triliun atau 18,65 persen dari total SBN.
"SBN valas 20 persen lah dari total SBN. Kami ikuti dulu perkembangannya bagaimana, seperti Samurai dan Euro (bond)," ujar Scenaider kepada kumparan, Rabu (12/9).
Petugas menghitung pecahan uang rupiah (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menghitung pecahan uang rupiah (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro)
Meski demikian, dia mengatakan, strategi pembiayaan pada tahun depan masih akan fokus di dalam negeri atau domestik. Hal ini dilakukan juga untuk antisipasi risiko kenaikan suku bunga acuan The Fed.
ADVERTISEMENT
"Kami usulkan sekarang ke Bu Menkeu (Menteri Keuangan) fokus ke domestik. Tapi nanti kita lihat, kan belum diputuskan," katanya.
Selain itu, pada tahun depan pemerintah juga akan menggunakan strategi penarikan di awal atau front loading untuk penerbitan SBN valas. Sehingga semua penerbitan SBN valas akan dilakukan pada semester I 2019.
"Biasanya front loading, tapi nanti lihat market. Biasanya awal tahun (market) tenang," tambahnya.
Dalam RAPBN 2019, defisit anggaran diproyeksi sebesar 1,84 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau lebih kecil dari outlook tahun ini yang sebesar 2,12 persen terhadap PDB. Defisit itu harus ditutupi dengan pembiayaan yang ditargetkan sebesar Rp 297,2 triliun. Adapun porsi SBN neto dalam RAPBN 2019 ditargetkan sebesar Rp 386,2 triliun.
ADVERTISEMENT