Pemerintah Punya Program Khusus Berdayakan Perempuan di Bidang Ekonomi

22 Maret 2019 13:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Hargai perempuan yang memilih untuk berkarier. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Hargai perempuan yang memilih untuk berkarier. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) terus mengembangkan salah satu program unggulan yaitu Industri Rumahan (IR) di 21 kabupaten/kota di Indonesia. Program ini merupakan salah satu cara pemerintah untuk mengakhiri tiga permasalahan utama yang sering dihadapi perempuan dan anak yaitu kekerasan, perdagangan orang dan ketidakadilan akses ekonomi terhadap perempuan.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Kementerian PPPA, Pribudiarta Nur Sitepu, mengatakan peran perempuan dalam sektor ekonomi masih sangat minim.
“Bahkan peran perempuan tidak masuk dalam perhitungan GDP (Gross Domestic Product) atau dihitung dalam penerimaan pajak,” ungkap Pribudiarta di Gedung Kementerian PPPA, Jakarta, Jumat (22/3).
Menurutnya isu kesetaraan gender dalam sektor ekonomi masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Untuk itu pihaknya melalui program IR ingin meningkatkan partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi.
Industri rumahan dipilih karena pada dasarnya cikal bakal dari pergerakan ekonomi sudah terlihat secara natural di masyarakat. Sayangnya industri rumahan yang ada di Indonesia dimulai dari level paling rendah yaitu level akar rumput.
Asisten Deputi Kesetaraan Gender Kementerian PPPA, Muhammad Ihsan, mengatakan sejatinya industri rumahan secara alami sudah berkembang di masyarakat. Cirinya adalah 73 persen dikerjakan perempuan, 53 persen berada di daerah rural, 70 persen produk yang dihasilkan adalah makanan dan lebih dari 50 persen berskala ultra mikro dengan jumlah pekerja 1-3 orang yang berasal dari anggota keluarga.
Ilustrasi Perempuan Karier. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
“Industri rumahan ini prosesnya diawali dengan material mentah lalu mereka melakukan proses pembuatan kemudian dikemas dengan sangat sederhana, biasanya menggunakan plastik. Baru setelah itu mereka menjualnya dengan cara konvensional seperti dijual ke tetangga,” ujar Ihsan.
Dari pondasi yang sudah ada ini, Ihsan mengatakan pihaknya melakukan pendampingan agar mereka para IR ini bisa berkembang lebih baik. Sebab tak jarang mereka juga sulit untuk mengakses sumber.
“Sumber di sini bukan hanya bahan baku atau modal. Tapi juga soal akses keuangan, akses ke program pemerintah dan lain sebagainya,” ujarnya.
Pada posisi inilah pemerintah hadir sebagai jembatan agar industri rumahan bisa mendapatkan akses yang lebih baik. Namun Ihsan tidak menampik bahwa pendampingan tersebut mengalami serangkaian kendala. Terutama pada industri rumahan di level paling bawah atau IR 1.
ADVERTISEMENT
“Untuk IR 2 atau IR 3 mungkin tidak terlalu sulit ya. Kalau IR 1 itu kami mendampingi bukan soal produknya tapi masih pada bagaimana memberikan semangat, agar mereka konsisten, tidak putus asa, jangan cepat puas. Masih di level itu,” ujarnya.
Meski demikian Ihsan mengatakan sejauh ini program tersebut berjalan dengan baik. Pihaknya juga mengatakan bahwa program ini merupakan program modeling sehingga hanya terbatas pada 21 kabupaten dan tidak akan ada penambahan lokasi lagi. Sebab diharapkan program ini bisa diadopsi dan dikembangkan oleh masing-masing pemerintah daerah.
“Kami tidak ekspansi ke daerah lain. Harapannya ini diteruskan oleh masing-masing pemerintah daerah,” tandasnya.