Pemilu 2019 Kerek Pertumbuhan Industri Mamin hingga 10 Persen

18 Januari 2019 7:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Produk Garuda Food. (Foto: Instagram @garudafood_id)
zoom-in-whitePerbesar
Produk Garuda Food. (Foto: Instagram @garudafood_id)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemilihan Umum (Pemilu) yang digelar pada April 2019 diyakini mendongkrak permintaan makanan dan minuman (mamin). Industri mamin membidik pertumbuhan tak kurang dari 10 persen pada tahun ini. Sebagai pembanding, industri mamin tumbuh di kisaran 9 persen sepanjang tahun 2018.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), Rachmat Hidayat, mengatakan bahwa meningkatnya agenda politik pada masa Pemilu ini diharapkan mampu memberikan tambahan konsumsi.
"Harapan kita sih bisa ya minim 10 persen pertumbuhan kalau bulan ke bulannya itu. Lumayan kan kalau 12 bulan di tengah bulan itu ada yang tumbuh 10 persen itu bisa mendorong keseluruhan pertumbuhan dalam setahun," katanya ketika dihubungi kumparan, Jumat (18/1).
Rachmat melanjutkan, angka pertumbuhan itu dimungkinkan mulai terjadi saat kampanye terbuka digelar atau sekitar bulan depan.
"Agenda pemilu berupa kampanye yang banyak nanti ada orang-orang yang banyak berkumpul itu akan mendorong konsumsi, tentu ada prasyarat situasinya kondusif. Sehingga kita sih kita berharap akan mendorong konsumsi," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Saat ini, kata Rachmat, pihaknya tak hanya berharap pada momentum 'bonus' adanya Pemilu yang bisa diharapkan mengerek pertumbuhan industri mamin.
Warga Kampung Akuarium menyaksikan Debat Pertama Capres & Cawapres 2019 di Jakarta, Kamis (17/1/2019). (Foto: Antara/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
Warga Kampung Akuarium menyaksikan Debat Pertama Capres & Cawapres 2019 di Jakarta, Kamis (17/1/2019). (Foto: Antara/Muhammad Adimaja)
Namun, ia juga berharap pemerintah apalagi yang nantinya bakal terpilih bisa mengevaluasi serta menyiapkan langkah-langkah strategis untuk mendorong pengembangan industri mamin ke depannya. Misalnya saja, soal penyediaan bahan baku yang berkelanjutan.
"Tantangan itu ketersediaan bahan baku itu jadi tantangan, karena banyak juga bahan baku kita yang harus diimpor kan, nah ini harus tergantung dengan kebijakan pemerintah.
Beberapa contoh bahan baku yang selama ini masih diimpor, kata dia, adalah terigu, garam, gula, konsentrat buah-buahan, flavour, bahan tambahan pangan hingga susu. Satu yang paling penting ialah kesediaan sumber daya air.
ADVERTISEMENT
"Kan ada aturan yang lagi didraft seperti sumber daya air kan, kita berharap pemerintah tetap pada posisinya kita berterima kasih pemerintah memperhatikan aspirasi kita terhadap UU Sumber Daya Air ini tapi kita tinggal tunggu realisasinya apakah UU keluarnya kondusif atau tidak," kata dia.
Di sisi lain, pihaknya juga meminta pemerintah lebih bijak dan komprehensif dalam mengambil segala kebijakan. Salah satu kebijakan yang dirasakan berdampak bagi industri mamin padahal tak berkaitan secara langsung adalah izin impor besi dan baja.
Ia menerangkan, kebijakan impor besi dan baja menekankan untuk adanya pengurusan izin bagi industri yang terlibat dalam penggunaan besi dan baja. Pada industri mamin disebutkan, besi dan baja diperlukan hanya untuk suku cadang yang notabene tak butuh banyak. Namun mesti terkena imbas sama bagi pengguna dalam skala besar yaitu wajib mengurus izin impor.
ADVERTISEMENT
"Untuk impor suku cadang kami yang kebetulan terbuat dari besi dan baja yang tadinya kan kami diberi fasilitas oleh pemerintah yang tak perlu mengurus izin impor, karena kami kan bukan besi baja. Nah sekarang ada kebijakan baru yang kami harus punya izin ketika mengimpor. Aneh ini kami mengimbau pemerintah untuk memperhatikan hal-hal seperti itu," tutup dia.