Pengusaha Desak Pemerintah Wajibkan Transaksi Dagang Pakai Rupiah

15 September 2018 10:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menghitung pecahan uang rupiah (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menghitung pecahan uang rupiah (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro)
ADVERTISEMENT
Para pengusaha mendesak pemerintah untuk mengeluarkan aturan yang mewajibkan transaksi dagang ke China menggunakan mata uang renminbi (yuan). Begitu juga sebaliknya, setiap pelaku usaha China yang bertransaksi dagang ke Indonesia wajib menggunakan rupiah.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi pemakaian dolar AS dalam bertransaksi ekspor-impor. Apalagi, ekspor dan impor RI-China memiliki andil yang paling besar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Juli 2018, andil keseluruhan ekspor Indonesia ke China sebesar 15,38 persen. Begitu juga dengan impor dari China yang porsinya mencapai 27 persen dari total impor.
"Kalau kita bisa melakukan kegiatan perdagangan berdasarkan basisnya renminbi (yuan), itu akan mengurangi permintaan terhadap dolar AS sebetulnya. Ini salah satu contoh yang lagi kami upayakan terus," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani kepada kumparan, Sabtu (15/9).
Mata uang Renminbi (Foto: AFP/Frederic Brown)
zoom-in-whitePerbesar
Mata uang Renminbi (Foto: AFP/Frederic Brown)
Bank Indonesia (BI) sebenarnya telah memiliki perjanjian dengan People's Bank of China (PBC) terkait pertukaran mata uang antara rupiah dan renminbi dalam sektor perdagangan atau disebut Bilateral Currency Swap Agreement (BCSA) sejak 2009. Namun Hariyadi bilang, pelaksanaannya belum efektif karena tak ada intervensi dari negara.
ADVERTISEMENT
"Tapi itu kan cuma disediakan. Kalau dilepas begini, enggak ada intervensi negara ya begini, orang masih percaya pegang dolar AS. Makanya kita harus ada kesepakatan secara keseluruhan," jelasnya.
Dia pun mengakui, usulan tersebut telah disampaikan langsung kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani dan mendapat tanggapan yang positif. Hariyadi bilang, pemerintah juga tengah mencari cara untuk mengurangi ketergantungan dengan dolar AS.
"Kami berbincang dengan Sri Mulyani, kami mau lihat negara-negara mana saja sih yang potensi selain dolar AS ini. Jadi memang sekarang ini terus terang, kami bersama-sama lagi mengupayakan mencari jalan bagaimana supaya rupiah ini tidak mengalami tekanan yang besar," tambahnya.