Pengusaha Makanan Minuman Kewalahan Rupiah Terus Melemah

4 Juli 2018 13:31 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi supermarket (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi supermarket (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Meskipun Bank Indonesia sudah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin menjadi 5,25%, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih saja terus melemah hingga saat ini. Kondisi tersebut tentu berdampak pada berbagai sektor, termasuk industri makanan dan minuman.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi S. Lukman mengatakan para pengusaha makanan dan minuman yang produknya didominasi impor kondisinya saat ini sudah cukup berat.
“Jelas sangat berat karena dolar saat ini sudah menembus Rp 14.500, prakteknya dampaknya sudah lebih dari itu,” kata Adhi di acara Press Conference Food Ingredients Asia di Hotel JW Marriot, Jakarta, Rabu (4/7).
Dia menjelaskan bahwa para pelaku industri Mamin sudah mengalami depresiasi sebesar 8% hingga 10% dari tahun lalu. Ini membuat para pelaku industri Mamin terpaksa melakukan penyesuaian produk karena bahan baku yang biasa digunakan industri makanan dan minuman kebanyakan impor.
“Kami bahan baku masih impor itu pakai dolar, belum lagi angkutan logistik juga ikut naik akibat harga BBM yang juga meningkat. Makanya kami lakukan penyesuaian harga,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasinya, Adhi mengatakan pengusaha tak serta merta bisa menaikkan harga produk karena butuh waktu sekitar dua bulan sebagai toleransi. Karenanya, pihaknya akan menyiasati dengan beberapa cara, di antaranya mengubah ukuran produk dan mengubah bahan bungkus produk.
“Situasi ini jadi tantangan industri. Omzet kami di periode pertama tahun ini hanya 30%, sementara pengeluaran kami mencapai 200%. Ini karena banyaknya libur di bulan Juni kemarin juga, kami harus bayar THR untuk karyawan, sementara produktivitas tak mengimbangi,” tutupnya.