Pengusaha soal Uni Eropa Tunda Larangan Sawit: Perjuangan Belum Usai

21 Juni 2018 17:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja memuat kelapa sawit ke dalam truk (Foto: AFP PHOTO / ADEK BERRY)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja memuat kelapa sawit ke dalam truk (Foto: AFP PHOTO / ADEK BERRY)
ADVERTISEMENT
Hasil pertemuan antara Komisi Eropa, Parlemen Eropa, dan Dewan Uni Eropa beberapa waktu lalu memutuskan pelarangan penggunaan biofuel berbahan sawit ditunda hingga 2030.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono, mengatakan keputusan penundaan tersebut paling tidak dapat menjadi solusi jangka pendek.
Joko menilai kebijakan Uni Eropa terhadap sawit masih diskriminatif. Sebab, sawit tidak masuk dalam program Uni Eropa untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan hingga 32% di 2030. Sementara minyak nabati lain seperti rapeseed bisa masuk.
“Harusnya biodiesel sawit bisa menjadi bagian dari program Renewable Energy di Uni Eropa, tanpa mendiskriminasi asal-asulnya,” ungkap Joko kepada kumparan, Kamis (21/6).
Namun, Joko menambahkan, pihaknya tetap mengapresiasi upaya pemerintah. Menurutnya penundaan pelarangan tersebut tidak lepas dari upaya pemerintah untuk melobi pihak Uni Eropa. Joko mengatakan, perjuangan untuk menyelamatkan sawit di pasar Uni Eropa masih harus terus berlanjut.
ADVERTISEMENT
“Pemerintah bersama stakeholder telah berhasil pada langkah pertama ini. Namun tetap masih menghadapi tantangan berat bernegosiasi dengan Uni Eropa,” ujarnya.
Menurut Joko, saat ini posisi Indonesia cukup bagus untuk mempertimbangkan hubungan perdagangan beberapa negara Eropa dengan Indonesia. Joko bahkan menyebutkan bahwa Indonesia punya peluang untuk meningkatkan ekspor sawit ke Uni Eropa. Sebab menurutnya pada dasarnya Eropa masih defisit minyak nabati.
Dihubungi terpisah, Ketua Harian Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan juga mengatakan bahwa saat ini Indonesia sudah mulai mengekspor biodiesel sawit ke Eropa setelah 4 tahun terhalang karena adanya dumping.
“Baru mulai ekspor tahun ini setelah 4 tahun tidak bisa ekspor ke Eropa karena kasus dumping. Datanya masih kami kompilasi,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Paulus tidak menampik bahwa kampanye hitam terhadap minyak sawit yang sempat terjadi belakangan ini menyebabkan harga CPO juga jatuh. Harga CPO sekarang berada di level paling rendah dalam dua tahun terakhir.
“Harga sekarang USD 565 per ton CPO, harga terendah dalam 2 tahun ini,” pungkasnya.