Penjelasan BI Soal Imbal Hasil Surat Utang RI Masih Tinggi

31 Juli 2018 19:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo  (Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) menilai imbal hasil (yield) obligasi negara bertenor sepuluh tahun yang saat ini masih berada di level 7,72 persen disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi global. Padahal, bank sentral telah menaikkan suku bunga acuan hingga 100 basis poin ke level 5,25 persen.
ADVERTISEMENT
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kondisi tersebut juga mencerminkan mekanisme pasar yang terjadi saat ini. Apalagi, beberapa waktu ke belakang tekanan global cukup meningkat.
“Kami lihat itu mencerminkan mekanisme pasar. Tempo hari, tekanan global meningkat. Tentu ada kenaikan yield yang terjadi di obligasi nonbenchmark dan benchmark,” kata Perry dalam konferensi pers KSSK di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (31/7).
Namun demikian, pemimpin bank sentral Indonesia itu meyakini dalam sebulan terakhir dana asing yang masuk (capital inflow) masih sangat kuat. Hal ini terlihat dari hasil lelang Surat Berharga Negara (SBN) hari ini yang terserap Rp 20 triliun dari target indikatif sebesar Rp 10 triliun.
“Hari ini lelang SBN tercatat Rp 20 triliun. Terlihat bahwa perkembangan yield makin membaik. Dengan demikian, perkembangan yield ini mencerminkan perkembangan mekanisme pasar,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Sejak kenaikan suku bunga acuan BI sebanyak 100 bps, yield obligasi benchmark atau bertenor sepuluh tahun juga menunjukkan kenaikan.
Yield yang tinggi tersebut biasanya menandakan kondisi SBN yang menurun. Yield yang tinggi pun bukan kabar baik bagi pemerintah, artinya beban pembayaran bunga utang lebih tinggi dari yang ditargetkan.
Dalam lelang hari ini, penawaran permintaan sebesar Rp 45,44 triliun, di atas rata-rata penawaran dalam dua lelang surat berharga negara (SBN) konvensional sebelumnya Rp 29,81 triliun. Sementara itu yang diserap pemerintah sebesar Rp 20 triliun.
Adapun seri obligasi yang mendapatkan permintaan terbesar adalah SPN12190411 (tenor setahun) senilai Rp 14,21 triliun dan seri FR0063 (bertenor lima tahun) senilai Rp 12,04 triliun. Dari permintaan itu, seri yang paling banyak dimenangkan adalah FR0063 senilai Rp 7,75 triliun dan FR0064 Rp 4,2 triliun.
ADVERTISEMENT