Penjualan Ritel Melambat, Pemerintah Diminta Jaga Daya Beli Masyarakat

16 April 2018 11:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi belanja di swalayan (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi belanja di swalayan (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Indeks Kepercayaan Konsumen Indonesia pada kuartal IV 2017 tercatat menurun dua peringkat menjadi 125 dari periode tiga bulan sebelumnya di angka 127.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan Nielsen beberapa waktu lalu, penjualan barang konsumsi selama periode Januari-September 2017 juga hanya tumbuh 2,7%, masih mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 7,7% atau di bawah rerata penjualan tahunan 11% selama sepuluh tahun terakhir.
Kepala Peneliti Makroekonomi dan Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) Febrio Kacaribu mengatakan, kedua survei tersebut kurang bisa menggambarkan kondisi konsumsi rumah tangga saat ini. Sebab, dalam beberapa tahun terkahir telah terjadi pergeseran pola konsumsi.
ADVERTISEMENT
"Survei konsumen, baik versi Nielsen maupun versi Bank Indonesia biasanya kurang bisa menggambarkan apa yang akan terjadi dengan angka pertumbuhan konsumsi per kuartal," ujar Febrio kepada kumparan (kumparan.com), Senin (16/4).
"Agak sulit mencari leading indicator untuk konsumsi dalam beberapa tahun terakhir ini karena terjadinya perubahan pola konsumsi masyarakat sejak berakhirnya commodity boom di tahun 2014 khususnya," tambahnya.
Menurut dia, beberapa tahun silam para analis menggunakan angka penjualan motor dan mobil sebagai indikator utama konsumsi rumah tangga. Namun sejak 2014, masyarakat cenderung mengurangi konsumsi tersebut dan mengalihkan ke konsumsi leisure (liburan).
"Tapi sejak 2014, masyarakat cenderung mengurangi konsumsi dan juga mengalihkan konsumsinya ke jalan-jalan, pendidikan, dan kesehatan," katanya.
ADVERTISEMENT
Febrio juga menjelaskan, pelemahan rupiah dalam beberapa waktu terakhir berdampak negatif terhadap konsumen. Untuk itu, Bank Indonesia harus tetap menjaga stabilitas rupiah agar daya beli masyarakat bisa kembali bergeliat.
"Tapi memang secara logika, pelemahan rupiah dalam dua bulan terakhir biasanya berdampak negatif terhadap sentimen konsumen. Mudah-mudahan dengan stabilnya Rupiah sekarang di sekitar Rp 13.700 bisa meredam sentimen negatif tersebut," jelas dia.
Dia pun tetap optimistis konsumsi rumah tangga selama kuartal I 2018 tumbuh 4,9-5% (yoy). Angka ini tumbuh datar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 4,94% (yoy).
"Sejauh ini, kami memprediksi konsumsi rumah tangga tumbuh sekitar 4,9-5,0% untuk kuartal pertama 2018. Ini kurang lebih sama dengan beberapa kuartal terakhir," kata Febrio.
Ilustrasi toko ritel (Foto: @shalome05 via AP)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi toko ritel (Foto: @shalome05 via AP)
Sementara itu, Direktur Penelitian CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, melambatnya optimisme konsumen diprediksi sebagai dampak dari keadaan sosio-politik Indonesia saat ini dan pengetatan target pendapatan pajak.
ADVERTISEMENT
"Faktor yang mempengaruhi pelemahan ini, yaitu semakin mendekatnya pemilihan kepala daerah dan Pemilu, serta target pendapatan pajak yang terlalu tinggi," katanya.
Pelemahan tersebut juga diprediksi menekan target pertumbuhan ekonomi tahun ini yang sebesar 5,4%. Faisal memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada tahun ini hanya akan berkisar 5,1% hingga 5,2%.
"Dengan pelambatan ekonomi di kuartal pertama tahun ini, untuk mencapai 5,2% saja, perlu kerja ekstra. Apalagi 5,3%, sudah benar-benar hebat itu," jelasnya.
Untuk kembali membuat konsumsi tumbuh signifikan, lanjut dia, pemerintah perlu meningkatkan investasi dan penguatan anggaran belanja pemerintah. Selain itu, pemerintah juga perlu mengoptimalkan program padat karya dan dana desa bagi masyarakat menengah ke bawah.
"Untuk menengah ke bawah, pemerintah harus gencarkan program padat karya dan dana desa, serta mempertahankan subsidi, kendati harga BBM akan naik. Sedangkan bagi menengah ke atas, pemerintah harus dapat memastikan Pemilu dan Pilkada berlangsung aman dan tidak menganggu stabilitas, serta lebih hati-hati dalam mengejar target pajak," jelasnya.
ADVERTISEMENT