news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Per Agustus 2019, Pemerintah Sudah Terbitkan Surat Utang SBN Rp 38,3 T

5 September 2019 14:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Luky Alfirman Foto: Kevin Kurnianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Luky Alfirman Foto: Kevin Kurnianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman menyampaikan, realisasi penerbitan surat berharga negara (SBN) ritel telah mencapai Rp 38,3 triliun per Agustus 2019.
ADVERTISEMENT
Adapun target SBN ritel sepanjang tahun 2019 ialah sebesar Rp 60 triliun hingga Rp 80 triliun. Nilai tersebut dicapai dari penerbitan lima instrumen ritel mulai dari Saving Bond Ritel (SBR), Sukuk Tabungan (ST), dan Sukuk Ritel (SR).
“Sampai bulan kemarin (ketika penerbitan) ST, (SBN ritel) menerbitkan Rp 38,3 triliun,” ujar Luky di Patio Venue, Jakarta, Kamis (5/9).
Dalam penerbitan SBN ritel itu, pihaknya telah bekerja sama dengan 22 mitra distribusi (midis). Baik itu dari perbankan, sekuritas hingga financial technology (fintech).
Luky mengungkapkan, investor SBN ritel dari kalangan milenial kian meningkat. Salah satu faktor pentingnya ialah makin mudahnya teknologi digital.
“Makanya dulu sebelum online, milenial (jumlahnya) 20-30 persen. Sekarang dengan online, milenial mendominasi sebesar 51-52 persen tiap penerbitan,” papar dia.
Grand Launching Savings Bond Ritel Seri SBR008 di Jakarta, Kamis (5/9). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Meskipun nominal investasi para milenial di SBN ritel masih relatif kecil, yaitu hanya jutaan rupiah. Namun, selain mendorong investasi, pihaknya juga memiliki visi jangka panjang.
ADVERTISEMENT
“Ini juga investment habit. Sekarang kan milenial merupakan generasi produktif, mereka juga lebih educated, mencari informasi. Ini yang disediakan instrumen ini, yang namanya SBN ritel cocok dengan preferensi mereka,” tegasnya.
SBN ritel menurutnya masih akan memiliki daya tarik di tengah masyarakat. Untuk itu, kata dia, pemerintah dimungkinkan terus melanjutkan instrumen investasi ini dengan mempertimbangkan kebutuhan APBN.
“SBN ritel akan dilanjutkan, kalau soal angkanya, APBN masih berlangsung. Acuan tetap APBN, tergantung kebutuhan,” pungkasnya.