Peralihan Bisnis ke Tambang Emas Bikin Saham SQMI Meroket 315 Persen

13 Desember 2018 17:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Renuka Coalindo, Irwan Darmawan. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Renuka Coalindo, Irwan Darmawan. (Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan (suspensi) saham PT Renuka Coalindo Tbk (SQMI) di pasar regular maupun tunai pada Senin (10/12).
ADVERTISEMENT
Langkah tersebut diambil akibat peningkatan harga dan aktivitas saham di luar kebiasaan atau dikategorikan sebagai Unusual Market Activity (UMA). Sehari kemudian, BEI kembali membuka perdagangan saham SQMI.
Sebelumnya, saham emiten pertambangan tersebut melonjak 24,60 persen ke level Rp 785 per saham pada perdagangan Jumat (7/12). Ini adalah level tertinggi saham SQMI sejak Juni 2017. Padahal saham ini baru saja menyentuh level terendah sepanjang tahun di angka Rp 189 per saham pada 27 November lalu. Artinya 1,5 pekan, harga saham SQMI melonjak 315 persen.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Renuka Coalindo Irwan Darmawan mengatakan, meroketnya harga saham perseroan hanya merupakan euforia sementara. Sebab perseroan tengah melalukan pergeseran lini bisnis.
Ilustrasi IHSG. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi IHSG. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
“Sekarang ini fluktuasi dalam 2 minggu dari rata-rata (harga saham) Rp 200an tiba-tiba jadi Rp 800an. Iya Rp 785 lah top (tertinggi) nya,” ungkap Irwan di Gedung BEI, Kawasan Sudirman, Jakarta, Kamis (13/12).
ADVERTISEMENT
Menurut Irwan, jika dihitung secara sederhana, saham yang dilepas ke publik hanya 20 persen. Dari besaran tersebut menurut Irwan, tidak mungkin semua investor bakal melepas sahamnya.
Di sisi lain, perseroan tengah melakukan perubahan lini bisnis dari batu bara ke tambang emas. Awalnya, perseroan fokus di bisnis tambang batu bara dan bergeser ke trader batu bara. Setelah itu, bisnis perseroan bergeser ke jasa Management Mining Support Service (MMSS) hingga kuartal I 2018. Saat ini, bisnis perseroan beralih ke tambang emas dan akan dimulai April 2019.
hingga kuartal I 2018. Saat ini, bisnis perseroan beralih ke tambang emas. Menurut Irwan, alasan inilah yang menyebabkan tingginya permintaan sehingga mengerek harga saham secara tak wajar.
ADVERTISEMENT
“Tiba-tiba ada rencana corporate action jadi high demand. Harga jadi naik. Ini cuma euforia sesaat sih. Kami harap segera kembali ke normal price-nya,” ujarnya.
Irwan pun mengimbau kepada para investor agar selalu meng-update keterbukaan informasi yang disampaikan secara resmi oleh perseroan.